trustnews.id

Rokhmin Dahuri hadiri Global Shrimp Forum di Belanda bahas Industri Budidaya Udang
Ketua MAI, Rokhmin Dahuri di Global Shrimp Forum yang dilaksanakan di Utrecht Belanda

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang juga Penasehat Menteri Kelautan dan Perilkanan, Prof. Rokhmin Dahuri menghadiri undangan Global Shrimp Forum yang berlangsung di Hotel Van der Plak, Utrecht, Belanda 7 - 8 September 2022. Forum industri budidaya udang yang pertama kali diadakan di dunia tersebut dihadiri oleh 445 peserta dari 35 negara mewakili 5 Benua yang terdiri dari  perusahaan pakan, broodstock (induk udang) dan hatchery, peralatan dan mesin tambak udang, obat-obatan, growth stimulant, industri pengolahan udang, dan traders.

Setelah dibuka pada pukul 09.00 pagi 7 September oleh Dr. Willem van der Pijl dan Mrs Esther Luiten (pendiri Global Shrimp Forum), Forum dilanjutkan dengan menampilkan 2 keynote speakers yakni Hugo Byrnes (Vice President Product Integrity, Ahold Delhaize) dan Vice President Rabbo Bank.

Kemudian dilanjutkan dengan “Industry Leadership Panel” mewakili 5 negara produsen udang budidaya terbesar di dunia: (1) Ekuador (Carlos Miranda, President of the Board, Camera Nacional de Acuacultura, (2) China (Dr. Cui He, President of China Aquatic Product Processing and Marketing Alliance), (3) India (Victor Suresh, President of India Society of Aquaculture Professional, (4) Vietnam (Nguyen Hoai Nam, Deputy General Secretary, Vietnamese Association of Seafood Exporters and Producers), dan (5) Indonesia (Prof. Rokhmin Dahuri). Panel diskusi tersebut dimoderatori oleh Melanie Siggs, Vice President of the Center for Responsible Seafood dan Penasehat World Economic Forum’s Ocean Program, Friend of Ocean Actions.

Dalam paparannya, Prof. Rokhmin menyampaikan bahwa karena Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan 99.000 km garis pantai (terpanjang kedua di dunia setelah Kanada) dan memiliki sekitar 3 juta hektar lahan pesisir mestinya Indonesia menjadi produsen udang budidaya terbesar di dunia. Namun, faktanya menurut FAO (2022) pada 2021 justru Ekuador menjadi produsen udang budidaya terbesar di dunia, sekitar juta ton.

“Padahal garis pantainya hanya 2300 km dan luas tambaknya hanya 220.000 ha. Diikuti China dengan 860.000 ton (15.000 km garis pantai, India 700.000 ton (7500 garis pantai), Vietnam 600.000 ton (3200 km garis pantai), dan Indonesia 550.000 ton,” terang Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.

Sebab itu, lanjut Prof Rokhmin pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang budidaya meningkat menjadi 2 juta ton pada 2024 yang terdiri dari 80% udang Vanammei dan 20% udang Windu. “Nilai ekspor udang pun diharapkan bakal meningkat 250% pada 2024 dari 2021,” tegasnya.

Menurut Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) itu target tersebut akan dicapai melalui Program Revitalisasi tambak udang tradisional (ekstensif) dan semi intensif. Pembangunan Shrimp Estates, dan ekstensifikasi terbatas di luar kawasan mangrove. 

“Semua program akan menerapkan Best Aquaculture Practices (lokasi sesuai RTRW, induk dan benur unggul, pakan berkualitas dan cara pemberian pakan yang akurat serta benar sehingga PCR-nya satu, pengendalian hama dan penyakit, manajemen kualitas air, teknologi budidaya mutakhir, aquaculture engineering, dan biosecurity), zero waste and emission, Integrated Supply Chain Management System,” terangnya.

“Pemerintah Indonesia menjamin Iklim Investasi dan Kemudahan berbisnis yang kondusif, penyediaan kredit perbankan dan sumber dana lainnya,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut Prof. Rokhmin juga mengingatkan bahwa kita harus melalukan mitigasi dan adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global, dan disrupsi supply chain akibat dinamika geopolitik seperti perang Rusia vs Ukraina.