trustnews.id

SPAM Jatiluhur I Dari Bangsa untuk Bangsa
Doc, istimewa

SPAM Jatiluhur I Dari Bangsa untuk Bangsa

NASIONAL Selasa, 18 November 2025 - 02:47 WIB Redaksi

TRUSTNEWS.ID - Di tepian Waduk Jatiluhur, bendungan legendaris yang menjadi sumber kehidupan bagi jutaan warga di Jawa Barat dan Jakarta, lahir sebuah tonggak baru dalam sejarah pengelolaan air nasional.

PT WIKA Tirta Jaya Jatiluhur (WTJJ), perusahaan hasil kolaborasi BUMN dan swasta nasional, menjadi pelaksana utama proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatiluhur I—Proyek Strategis Nasional pertama di sektor air bersih yang menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Bagi Rendy Ardiansyah, Direktur Utama WTJJ, proyek ini bukan sekadar urusan teknis penyediaan air minum. Ia menyebutnya sebagai “pembuktian bahwa bangsa sendiri bisa.”

“Biasanya infrastruktur besar dan kompleks seperti ini dikaitkan dengan perusahaan asing,” ujarnya. “Tapi Jatiluhur membuktikan, kita bisa mengerjakan sendiri, dari bangsa untuk bangsa.”

Waduk Jatiluhur, yang dibangun pada 1957 di era Presiden Soekarno, telah lama menjadi pilar infrastruktur Indonesia. Selain menghasilkan listrik dan mengendalikan banjir, waduk ini menyediakan air baku untuk industri dan rumah tangga di kawasan megapolitan Jakarta.

Namun, seiring pertumbuhan penduduk dan industri di Jakarta, Bekasi, dan Karawang, kebutuhan air bersih melonjak. Diluncurkan pada 2021 dan diresmikan pada Rabu, 18 Desember 2024, SPAM Regional Jatiluhur I hadir untuk menjawab tantangan ini. Proyek tersebut mengalirkan 4.000 liter air bersih per detik dari Purwakarta ke wilayah Jabodetabek melalui sistem pengolahan modern dan jaringan distribusi yang efisien.

Sebagai proyek KPBU air minum berskala besar pertama di Indonesia, SPAM Jatiluhur I menggabungkan pengawasan pemerintah dengan investasi swasta dalam kerangka transparan.

“Skema KPBU memungkinkan pemerintah fokus pada regulasi dan pengawasan, sementara swasta menangani investasi dengan mekanisme yang sehat,” jelas Rendy. “Model ini menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan anggaran publik sekaligus memenuhi kebutuhan infrastruktur nasional.”

Rendy mengakui bahwa perjalanan menuju kesuksesan proyek ini tidak mudah.

“Pada fase konstruksi, tantangannya X. Pada fase operasi, tantangannya Y,” ujarnya sambil tersenyum, menggambarkan kompleksitas di balik pencapaiannya. “Tapi semuanya bisa dihadapi dengan kolaborasi.”

Dari perspektif nasional, ia melihat dua tantangan utama sektor air bersih: non-revenue water (NRW)—air yang hilang karena kebocoran atau pencurian—serta pembiayaan infrastruktur.

“Tingkat NRW kita masih cukup tinggi. Itu jadi tantangan besar dalam pengelolaan air di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, keterbatasan anggaran pemerintah menjadi alasan kuat mengapa KPBU perlu terus didorong. “Skema KPBU ini sebenarnya salah satu solusi. Pemerintah bisa fokus pada regulasi dan pengawasan, sementara investasi dilakukan bersama swasta dengan mekanisme yang sehat dan transparan,” jelasnya.

Sejak resmi beroperasi pada 2025, SPAM Jatiluhur I telah melampaui ekspektasi.

“Target pasokan awal kita 385 liter per detik. Tapi realisasinya sudah 1.200 liter per detik—sekitar 300 persen dari target,” ungkapnya.

Pencapaian itu turut mendapat pengakuan nasional dan global. SPAM Jatiluhur I tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai proyek KPBU air minum terbesar di Tanah Air. WTJJ juga memperoleh skor Environmental, Social, and Governance (ESG) tertinggi di Asia dan masuk tiga besar dunia untuk sektor air versi S&P Global.

WTJJ bahkan masuk dalam daftar finalis Year in Infrastructure Awards 2025 yang digelar Bentley Systems—ajang paling prestisius di dunia infrastruktur.

“Kita satu-satunya perusahaan air dari Indonesia yang masuk finalis,” ujar Rendy. “Dari 400-an peserta global, kita bisa tembus sampai final. Itu pengakuan objektif dunia.”

Meski diundang ke Amsterdam untuk menghadiri pengumuman pemenang akhir Oktober nanti, Rendy memilih tetap berada di Indonesia. “Kami sedang fokus di lapangan. Tapi tim kami akan berangkat mewakili,” katanya, menegaskan bahwa pelayanan tetap menjadi prioritas utama.

Menurut Rendy, proyek ini menjadi bukti bahwa model kerja sama publik-swasta dapat berjalan efisien jika didasari transparansi dan saling percaya. “Kami ingin Jatiluhur jadi role model KPBU air minum nasional. Kalau ini sukses, investor lain akan makin optimis,” ujarnya.

Lebih dari sekadar proyek strategis, ia melihat Jatiluhur sebagai simbol kebangkitan industri air nasional. “Ini dikerjakan oleh anak bangsa sendiri, disediakan untuk bangsanya sendiri,” katanya.

“Jatiluhur membuktikan bahwa bangsa kita bisa. Kita bisa membuat yang terbaik dengan tangan kita sendiri,” pungkasnya.