trustnews.id

LinksRe Mengelola Risiko, Menatap Dunia
Doc, istimewa

LinksRe Mengelola Risiko, Menatap Dunia

NASIONAL Selasa, 18 November 2025 - 02:35 WIB Redaksi

TRUSTNEWS.ID -  Ruang rapat lantai 9 sebuah gedung di bilangan Jakarta Selatan terasa panas meski AC menyala. Lampu neon memantul pada layar monitor yang menampilkan grafik risiko dan kapasitas reasuransi nasional.

Anton Permadi Sudiaman, President Director PT Lintas Insan Karya Sejahtera (LinksRe), menatap layar dengan sorot tajam. Di sekeliling meja, jajaran manajer duduk tegap dengan catatan terbuka dan pena yang siap menuliskan keputusan penting yang akan menentukan arah perusahaan.

“Dulu, waktu zaman Pak Firdaus Jaelani di OJK, ada aturan menaikkan retensi dari kapasitas nasional,” ucap Anton, suaranya rendah namun tegas.
“Ide itu bagus, tapi menimbulkan gelombang komplain dari luar negeri. Akhirnya aturan itu dilepas,” lanjutnya.

Ingatan Anton melayang ke tahun 2015, ketika Firdaus Jaelani masih menjabat Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK. Dalam satu wawancara, Firdaus pernah menyebut premi reasuransi yang mengalir ke luar negeri mencapai sekitar Rp35 triliun. Saat itu, regulasi diarahkan untuk menahan lebih banyak risiko di dalam negeri.

Tekanan tersebut terasa jelas. Perusahaan lokal dituntut menahan risiko lebih besar, sementara modal mereka terbatas.
“Saat itu, kami tahu ini peluang sekaligus ujian,” kata Anton.

Suasana rapat mendadak menegang.
“Kalau kapasitas nasional ditingkatkan, perusahaan lokal harus menahan risiko besar. Modal mereka terbatas. Apa bisa?” tanya seorang manajer keuangan.

Anton menghela napas. “Betul. Modal terbatas memang kendala nyata. Tapi OJK menyiapkan tahapan permodalan hingga Rp2 triliun untuk memperkuat kapasitas. Ini bukan sekadar angka, ini kesempatan untuk membangun fondasi yang solid.”

Layar di sudut ruangan kemudian menampilkan simulasi risiko klaim besar. Seorang manajer operasional menunjuk grafik naik turun.
“Jika mereka terlalu agresif, klaim internasional bisa memporak porandakan cashflow.”

Anton mencondongkan badan, menatap seluruh tim.
“Hati hati bukan berarti mundur. Kita harus adaptif. SDM, prosedur, IT semua harus siap. Kapasitas bukan soal jumlah, tapi kualitas dan manajemen risiko. Seleksi itu kunci. Yang siap maju, ikut. Yang tidak, mundur.”

Perdebatan berlangsung sengit. Suara pengetikan, diskusi strategi, hingga ketukan pena menjadi ritme rapat yang penuh tekanan. Argumen timbul antara manajer klaim dan manajer keuangan. Sesekali seluruh ruangan terdiam menanti keputusan final Anton soal skema retensi nasional.

“Kalau terlalu agresif, kita bisa gagal mengelola risiko besar,” ujar manajer klaim.
Anton mengangguk. “Makanya seleksi itu penting. Hanya perusahaan yang benar benar siap dan solid yang bisa bertahan. Kapasitas bukan tentang jumlah, tapi kualitas, sistem, dan keberanian menghadapi risiko.”

Dua jam berlalu. Tim kemudian beralih ke telekonferensi dengan klien asing. Wajah wajah serius broker dari Singapura dan Malaysia muncul di layar.

“Kami melihat pengelolaan risiko kalian solid,” ujar salah satu broker internasional.
Angka angka dan dokumen digital bergerak cepat menandai perjanjian yang siap ditandatangani. Anton tersenyum tipis, buah dari kerja keras dan persiapan internal selama ini.

Di luar gedung, pagi Jakarta terus bergerak: lalu lintas padat, gedung tinggi memantulkan cahaya matahari. Di dalam, LinksRe sedang membangun fondasi baru. Perusahaan memperkuat modal, menata SDM, dan menyiapkan sistem IT agar mampu mengelola risiko yang lebih besar.

“Setiap keputusan internal adalah persiapan menghadapi dinamika pasar global. Di mana setiap negara, setiap perusahaan, bisa menjadi lawan sekaligus mitra,” ungkap Anton.

Hari itu, ruang rapat meninggalkan gema diskusi yang masih terasa. Di layar monitor, grafik grafik bergerak seperti denyut jantung perusahaan. Di tengah perubahan regulasi dan tekanan internasional, LinksRe terus memperkuat kapasitas nasional.

“Permodalan, SDM, dan prosedur harus berbenah. Kapasitas bisa meningkat, tapi hanya melalui seleksi yang kuat. Yang siap maju, ikut. Yang tidak, mundur. Itu jalan agar perusahaan lokal bisa bersaing, tetap aman, dan kredibel,” tegasnya.

Kini, LinksRe menapak di jalur tiga besar broker reasuransi nasional. Dua posisi di atas ditempati joint venture besar. Target Anton jelas realistis mempertahankan posisi sekaligus terus bertumbuh.

“Kalau Allah masih memberi kesempatan, kami ingin menjadi nomor satu,” pungkasnya sambil menatap cakrawala Jakarta, seolah menantang pasar global dan masa depan industri yang terus bergerak. (TN)