trustnews.id

Sedekah Pintu Langit LinksRe Bangkit dari Kematian
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID – Tiga jam rapat itu berlangsung tanpa arah. Di layar monitor, deretan angka merah tampil seperti sirine darurat. Rugi Rp1,2 miliar. Klien menjauh. Broker reasuransi lain mulai menggeser posisi.

“Kalau begini, kita tidak bertahan lama,” ucap salah satu pemegang saham.

Suasana ruang rapat PT Lintas Insan Karya Sejahtera Pialang Reasuransi (LinksRe) pagi itu seperti ruang ICU. Sunyi. Tidak ada yang berani menyentuh kopi yang mulai dingin.

Di ujung meja, Anton Permadi Sudiaman duduk tegak. Ia belum menjadi direktur utama saat itu. Hanya sosok yang dipanggil untuk menjadi “pemadam terakhir”. Kalimat berikut mengubah seluruh alur cerita:

"Pak Anton, kalau Bapak tidak turun tangan, LinksRe habis."

Anton menerima mandat itu tanpa pidato dan tanpa presentasi PowerPoint. Dia hanya meminta satu hal yang tidak lazim di ruang rapat perusahaan asuransi.

"Kita buka pintu langit," ujar Anton Permadi Sudiaman menceritakan kembali peristiwa itu kepada TrustNews.

LinksRe berdiri pada 2015 dengan modal awal Rp2 miliar. Izin operasional turun pada 2016. Struktur manajemen minimalis: satu direksi, satu komisaris. Ketika kinerja tak kunjung membaik, manajemen ditambah, direksi diperbanyak. Namun grafik tetap datar.

Di laporan triwulan 2019, garis grafik seperti detak jantung yang kehilangan ritme; pelan, menurun.

Saat Anton resmi masuk, modal ditambah menjadi Rp4,177 miliar. Tapi strategi yang dia keluarkan tidak ditemukan dalam buku manajemen mana pun: Sedekah.

"Kalau kita tidak bisa membuka pintu market," ujarnya menggantung, "Kita buka pintu langit."

Pada rapat internal pertamanya sebagai direktur utama, Anton menulis di papan tulis besar: Pintu Langit. Di bawahnya, ia menarik garis panjang. Garis batas antara jalan lama dan arah baru.

Perusahaan memulai sedekah Rp2–5 juta per bulan. Bukan CSR. Bukan program pencitraan. Uang itu dikeluarkan setiap bulan seperti sebuah komitmen operasional tetap, bukan amal musiman.

Semua karyawan mengernyit dan kompak berkata, "Kita perusahaan reasuransi, Pak. Kita bicara risiko dan data. Bukan spiritualitas."

Anton tidak goyah. “Rezeki itu soal rumus juga. Sebagian tak bisa dihitung kalkulator."

Awalnya tak ada tanda apa-apa. Telepon masih sepi. Email masih banyak tak dibalas. Lalu satu hari, perusahaan asuransi yang sebelumnya enggan bertemu meminta jadwal presentasi.

Tidak lama kemudian, kapasitas reasuransi terbuka dari Singapura. Menyusul Malaysia. LinksRe yang dulu menunggu, kini dicari.

Sebulan berlalu, sedekah dinaikkan menjadi Rp10 juta. Tahun berikutnya menjadi Rp50 juta. Kini sudah Rp125 juta setiap bulan—angka yang berjalan sejajar dengan peningkatan produksi.

"Sedekah membuka pintu langit," tegas Anton. “Tapi kompetensi yang menjaga pintu itu tetap terbuka," tambahnya.

Grafik keuangan berbalik seperti adegan roller coaster—setelah turun ke titik terdalam, kereta mendadak menanjak tajam. Dari rugi Rp1,2 miliar di Juni 2019 berbalik mencetak laba Rp1,2 miliar di akhir 2019—seakan ada tangan tak terlihat menghapus tanda minus dan menggantinya dengan plus.

Tahun berikutnya, produksi menembus Rp10 miliar. Empat tahun kemudian, 2024, grafiknya seperti garis yang ditembakkan dari ketapel: Rp85 miliar produksi dan Rp12 miliar laba.

Jangan tanya berapa jumlah karyawan LinksRe. "Hanya 25 orang dan mereka mengelola risiko triliunan rupiah,” kata Anton. "Karyawan broker harus lebih kompeten daripada asuransi," tambahnya.

Mengapa sedikit? Seleksi ketat. Tak ada ruang bagi orang yang tidak siap memegang dokumen bernilai miliaran. Sebagai imbalan, bonus tahunan bisa mencapai 18–19 kali gaji.

“Kalau perusahaan untung, karyawan ikut merasakan. Itu energi positif," tegasnya.

Soliditas ini menjadi fondasi saat arus perubahan politik juga membawa arah baru. Pemerintahan baru menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen. LinksRe bergerak cepat ke sektor pembiayaan daerah.

"Kami masuk ke Jamkrida," ujar Anton. Kerja sama dengan Jamkrida Sulsel dan beberapa BPD, termasuk BJB, sedang berjalan. Pipeline proyek sudah terisi untuk setidaknya satu tahun ke depan.

LinksRe tak lagi mengejar peluang. Mereka memilih mana yang ingin dikerjakan.

"LinksRe belum selesai," ujarnya sambil menatap grafik keuangan di layar. "Ini baru mulai," pungkasnya. (TN)