
TRUSTNEWS.ID - Lilin, lampu semprong, dan petro max kini tinggal cerita pengantar tidur bagi anak-anak di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Malam yang dahulu diselimuti remang perlahan berganti dengan cahaya lampu listrik yang stabil dan merata, menerangi wilayah seluas gabungan Pulau Jawa dan Bali ini.
Kini, alih-alih kekurangan, pasokan listrik justru berlebih. Hingga Juli 2025, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Kalselteng mencatat penjualan listrik mencapai 3.567,81 GWh, naik 4,7% dibanding peri ode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi energi ini mencerminkan geliat industri dan bisnis yang kian pesat di kedua provinsi tersebut. Infrastruktur listrik yang andal bukan sekadar menopang aktivitas sehari-hari, tetapi juga menjadi katalis pertumbuhan ekonomi lokal.
Iwan Soelistijono, General Manager PLN UID Kalselteng, mengatakan Transfor masi kelistrikan di Kalimantan tidak terjadi dalam semalam. PLN UID Kalselteng mengubah cara kerja distribusi energi melalui investasi teknologi dan inovasi operasional.
Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) memungk inkan perbaikan jaringan tanpa pemadaman, sementara Unit Pelak sana Pengatur Distribusi (UP2D) berfungsi sebagai pusat kendali berbasis teknologi yang dapat mendeteksi gang guan secara real-time dan membatasi dampaknya.
"Pendekatan kami adalah proak tif, bukan reaktif,” ujar Iwan Soelistijono kepada TrustNews.
“Kami berusaha memastikan masalah terselesaikan bahkan sebelum pelanggan merasakannya," tambahnya.
Iwan mengakui, Kalimantan Sela tan dan Kalimantan Tengah memiliki geografi yang menantang. Banyak desa terpencil hanya bisa diakses melalui jalur sungai atau jalan tanah.
Pembangunan jaringan listrik di daerah seperti ini membutuhkan kreati vitas teknis sekaligus negosiasi panjang dengan pemangku kepentingan setem pat. Meski demikian, PLN menjadikan listrik desa sebagai prioritas.
“Ini bukan hanya soal bisnis. Kami melihat listrik sebagai hak dasar, sarana pembuka peluang pendidikan, keseha tan, dan kesejahteraan,” ujarnya.
Melalui kerja sama erat dengan pemerintah daerah, PLN UID Kalselteng berhasil meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 99,99% dengan 89,82% desa di wilayah kerja Kalselteng telah berlistrik.
Data internal PLN juga mencatat jumlah pelanggan di dua provinsi ini telah menembus sekitar 2,3 juta pelang gan per Mei 2024, dengan pertumbuhan mencapai 19,47% atau setara 42.882 pelanggan baru dibanding periode sebelumnya.
“Desa-desa yang dulu mengandalkan genset atau lampu minyak kini menik mati akses energi yang sama seperti kota besar,” ujarnya.
Selain fokus pada distribusi energi, keselamatan ketenagalistrikan menjadi agenda penting PLN. Sosialisasi rutin digelar di balai desa, sekolah, hingga pasar untuk mengedukasi masyarakat menge nai bahaya listrik dan pentingnya menjaga jarak aman dari infrastruktur.
Tahun 2024 saja, PLN UID Kalselteng telah melaksanakan lebih dari 500 sesi sosialisasi Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) yang menjangkau lebih dari 35.000 warga, termasuk pelajar dan pedagang pasar tradisional.
“Keselamatan publik adalah fondasi pelayanan kami,” ujarnya.
PLN bahkan membentuk Tim Pelayanan Teknik Siaga 24 Jam yang mere spons laporan gangguan atau potensi bahaya rata-rata dalam waktu kurang dari dua jam.
Warga kini aktif melaporkan kabel putus, tiang miring, hingga peralatan rusak melalui aplikasi PLN Mobile dan layanan hotline, menjadikan masyarakat mitra penting dalam menjaga keamanan listrik.
Dengan surplus daya dan jaringan yang semakin canggih, PLN UID Kalselteng mulai melangkah ke agenda berikutnya,yakni energi bersih dan elektrifikasi trans portasi.
“Kehadiran 73 Stasiun Pengisian Kend araan Listrik Umum (SPKLU) di titik-titik strategis menunjukkan kesiapan Kaliman tan menjadi bagian ekosistem kendaraan listrik nasional,” ungkapnya.
Dampak perubahan ini terasa nyata. Gangguan listrik semakin jarang, bisnis lebih percaya diri berinvestasi, dan masyarakat pedesaan mulai merasakan manfaat pembangunan energi.
PLN UID Kalselteng tidak sekadar memperluas jaringan, tetapi membangun fondasi ekonomi baru bagi kawasan yang selama ini dianggap tertinggal.
“Listrik adalah infrastruktur dasar yang menopang segalanya, dari pendidikan, industri, hingga gaya hidup,” ujarnya. “Kami ingin energi hadir di setiap sudut, untuk semua orang," pungkasnya. (TN)