
TRUSTNEWS.ID - Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III tahun2024 mencapai 4,93% (year-on-
year), mendekati pertumbuhan nasional sebesar 5,03%. Angka ini menunjukkan ketahanan ekonomi provinsi yang didorong oleh sektor manufaktur, yang menyumbang 31,84% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun,di balik angka-angka ini, ada satu institusi yang sering luput dari sorotan padahal kontribusinya sangat signifikan: Bea Cukai Tanjung Emas.
Bea Cukai Tanjung Emas bukan sekadar lembaga yang mengawasi lalu lintas barang masuk dan keluar. Ia adalah garda terdepan dalam memastikan kelancaran perdagangan, melindungi industri lokal, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Dalam artikel opini ini, saya akan mengajak pembaca untuk melihat
lebih dalam peran strategis Bea Cukai Tanjung Emas dan bagaimana kontribusinya telah membentuk wajah perekonomian Jawa Tengah.
Ekspor sebagai Penggerak Utama
Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu provinsi dengan sektor industri yang kuat. Produk-produk seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur telah menjadi andalan ekspor, dengan Amerika Serikat sebagai pasar terbesar yang menyerap 44,53% dari total ekspor provinsi ini. Di sinilah peran
Bea Cukai Tanjung Emas menjadi krusial. Pada tahun 2024, Bea Cukai Tanjung Emas mencatat penerimaan negara dari bea keluar sebesar Rp47 miliar, terutama dari ekspor veneer dan minyak sawit mentah (CPO). Kedua komoditas ini tidak hanya menjadi sumber devisa tetapi juga memperkuat sektor perkebunan dan pengolahan kayu, yang menjadi tulang punggung ekonomi Jawa Tengah.
Namun, yang patut diapresiasi adalah upaya Bea Cukai Tanjung Emas dalam memastikan kelancaran proses ekspor. Melalui digitalisasi layanan kepabeanan, waktu tunggu bongkar muat barang di pelabuhan berkurang secara signifikan. Efisiensi ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga biaya, yang pada akhirnya meningkatkan daya saing produk Jawa Tengah di pasar global.
Optimalisasi Logistik: Kunci Daya Saing
Salah satu tantangan terbesar dalam perdagangan internasional adalah biaya logistik yang tinggi. Menurut data World
Bank, biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan negara-negara tetangga.
Namun, melalui implementasi Ekosistem Logistik Nasional (NLE), Bea Cukai Tanjung Emas telah berhasil menekan biaya ini. Digitalisasi layanan kepabeanan menjadi salah satu inisiatif kunci. Dengan sistem yang terintegrasi, pelaku usaha dapat mengurus dokumen ekspor-impor secara online, mengurangi waktu tunggu dan biaya administrasi. Selain itu, kebijakan kepabeanan yang lebih fleksibel dan responsif telah memudahkan pelaku usaha dalam menjalankan aktivitas perdagangan.
Dampaknya terasa nyata. Arus barang menjadi lebih lancar, biaya logistik menurun, dan daya saing industri Jawa
Tengah meningkat. Hal ini tidak hanya menguntungkan pelaku usaha besar tetapi juga UMKM, yang kini memiliki akses lebih mudah ke pasar global.
Pengawasan Perdagangan: Melindungi Industri Lokal
Di tengah upaya mendorong ekspor, Bea Cukai Tanjung Emas juga berperan aktif dalam menjaga keamanan perdagangan. Pada tahun 2024, lembaga ini berhasil menyita barang ilegal senilai Rp308,45 miliar dan mencegah potensi kerugian negara sebesar Rp117,72 miliar. Praktik penyelundupan barang ilegal tidak hanya merugikan negara tetapi jugamengancam industri lokal.
Barang-barang ilegal yang masuk ke pasar domestikseringkali dijual dengan harga lebih murah, membuat produk lokal kesulitan bersaing. Dengan mengamankan barang-barang ini, Bea Cukai Tanjung Emas telah melindungi industri lokal, terutama UMKM, dari persaingan tidak sehat.
Selain itu, upaya pengawasan ini juga berkontribusi pada stabilisasi pasardomestik. Dengan mengurangi peredaran
barang ilegal, harga produk lokal menjadi lebih stabil, dan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Infrastruktur dan Konektivitas: Fondasi Pertumbuhan
Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp26,96 triliun untuk pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah, termasuk pembangunan jalan tol, rel kereta api, serta modernisasi pelabuhan dan bandara. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara pusat industri dengan pasar global. Bea Cukai Tanjung Emas memainkan
peran pendukung dalam memastikan kelancaran distribusi barang melalui fasillitas logistik yang memadai.
Modernisasi pelabuhan Tanjung Emas, misalnya, telah meningkatkan kapasitas bongkar muatan barang dan mengurangi waktu tunggu kapal. Hal ini memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri dan perdagangan di Jawa Tengah.
Stabilitas Ekonomi: Hasil Sinergi Kebijakan
Kontribusi Bea Cukai Tanjung Emas tidak hanya terlihat dalam peningkatan ekspor dan penerimaan negara tetapi juga dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pada Desember 2024, tingkat inflasi Jawa Tengah tercatat sebesar 1,67% (YoY), berada dalam rentang target nasional. Stabilitas ini mencerminkan daya beli masyarakat yang terjaga dan ketahanan ekonomi provinsi yang solid.
Sinergi antara kebijakan fiskal nasional dan daerah, serta peran aktif Bea Cukai Tanjung Emas, telah menciptakan
lingkungan ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan berkelanjutan. Tantangan dan Harapan ke Depan Meskipun kontribusi Bea Cukai Tanjung Emas sangat signifikan, tantangan ke depan tidak boleh diabaikan. Pertama, kapasitas sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan untuk mengimbangi perkembangan teknologi dan kompleksitas perdagangan global.
Kedua, kolaborasi dengan stakeholder, termasuk pemerintah daerah dan pelaku usaha, harus diperkuat untuk memastikan efektivitas kebijakan kepabeanan dan logistik. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor perlu menjadi prioritas. Ketergantungan pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat bisa menjadi risiko jika terjadi gejolak ekonomi di negara tersebut. Ekspansi ke pasar baru, seperti Afrika dan Timur Tengah, bisa menjadi solusi.
Terakhir, investasi dalam teknologi dan infrastruktur logistik harus terus ditingkatkan. Modernisasi pelabuhan,
pengembangan sistem logistik berbasis teknologi, dan peningkatan konektivitas antarwilayah akan menjadi kunci untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Penutup
Bea Cukai Tanjung Emas telah membuktikan dirinya sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Melalui peningkatan ekspor, optimalisasi logistik, dan pengawasan perdagangan, lembaga ini telah memberikan kontribusi yang tidak ternilai. Namun, perjalanan masih panjang. Tantangan ke depan membutuhkan sinergi dan komitmen dari semua pihak. Bea Cukai Tanjung Emas tidak bisa bekerja sendirian.
Dukungan dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak hanya berkelanjutan tetapi juga inklusif. Sebagai penutup, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat Bea Cukai Tanjung Emas bukan sekadar lembaga pengawas, tetapi sebagai mitra strategis dalam membangun masa depan ekonomi Jawa Tengah yang lebih baik tentunya dengan mendukung program Asta Cita pemerintah. Dengan kolaborasi dan inovasi, tidak ada batasan untuk apa yang bisa kita capai bersama.