trustnews.id

PERUMDA TIRTA KHATULISTIWA Kejar Target Cakupan Pelayanan
Istimewa

Tirta Khatulistiwa ditargetkan luas cakupannya sudah 100 persen di 2024 dan bersiap kelola air limbah.

Tercatat sebagai sepuluh besar Perusahaan Umum Daerah (Perumda) terbaik se-Indonesia, Tirta Khatulistiwa terus berupaya menjadi penyedia air bersih kebanggan masyarakat Pontianak.

Direktur Utama (Dirut) Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa Ardiansyah, mengatakan, Tirta Khatulistiwa memiliki pelanggan sebanyak 139 ribu dengan luas cakupan sekitar 85 persen dari jumlah penduduk kota pontianak.

"Berdasarkan laporan hasil audit BPKP tahun 2020 cakupan kita sudah 83,60 persen. Saat ini bulan agustus ini cakupan kita kurang lebih sekitar 85 persen dari jumlah penduduk kota Pontianak," ujar Ardiansyah menjawab TrustNews.

"Tirta Khatulistiwa ditargetkan luas cakupannya sudah 100 persen di 2024. Untuk sampai ke sana tentu kita membu- tuhkan investasi. Nah kita lagi susun inves- tasi apa yang kita lakukan untuk mencapai 100 persen cakupan pelayanan itu," ungkapnya.

Ardiansyah mengungkap fakta bahwa kapasitas produksi air bersih Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa saat ini hanya hanya tersisa 10 persen atau utilitasnya sudah mencapai 90 persen. Itu artinya,

Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa ke depan hanya bisa menambah sekitar 10.800 pelanggan baru.

"Kalau tidak ada investasi pengembangan kapasitas produksi, saya yakin tahun 2023 kita tidak bisa meningkatkan cakupan layanan. Sebab itu kita dalam tahap penyusunan FSres untuk penambahan 300 liter per detik di Nipah Kuning,” ungkapnya.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru yang berada di Pontianak bagian barat ini, menurutnya, akan memenuhi kebutuhan air di Pontianak Utara, Pontianak barat dan Pontianak tenggara. Sedangkan untuk Pontianak selatan dan timur masih bisa dipenuhi dari IPA yang ada sekarang.

"IPA yang akan dibangun di Nipah Kuning tersebut nantinya bisa memenuhi kebutuhan air bersih hingga 2024 dengan jumlah pelanggan baru 17 ribu Sambungan Rumah (SR)," ujarnya.

Tirta Khatulistiwa harus membangun IPA baru, menurutnya, disebabkan adanya penugasan dari pemerintah pusat terkait program layanan air untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Setiap tahun hingga 2024, sesuai RPJMD dan business plan, Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa mendapat tugas untuk melayani 2.500 SR untuk MBR.

Terkait dengan MBR, sebagai informasi, di April 2021, sebanyak 1200 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Pontianak Utara mendapatkan hibah sambungan air bersih PDAM dari pemerintah pusat.

Di bulan yang sama, giliran warga Pontianak Timur menerima bantuan serupa. Tetcatat 280 sambungan PDAM terpasang di rumah-rumah warga yang berkategori MBR.

Ardiansyah menerangkan, program ini sudah berjalan sejak 2015 hingga 2024 nanti. bahkan diakuinya, Dengan adanya program MBR ini, lanjutnya, mempercepat penambahan sambungan yang secara otomatis menambah cakupan pelayanan.

Selain menambah kapasitas produksi, menurut Ardiansyah, persoalan lain yang menjadi perhatian manajemen Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa adalah tingkat kebocoran air atau NRW yang pada akhir 2020 masih di angka 34,4 persen. Masih tingginya angka kebocoran ini disebabkan karena berbagai faktor, antara lain masih tingginya pencurian air di masyarakat.

Selan itu karena banyaknya pembangunan infstruktur di Pontianak, dan beberapa proyek tersebut mengenai pipa PDAM. Kondisi pipa yang sudah tua juga membuat tingkat kebocoran air di Pontianak masih tinggi.

Di tahun 2021 pihaknya akan berupaya menurunkan tingkat kebocoran antara 28-31 persen. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah dengan melakukan kajian, kemudian pembentukan District Metering Area (DMA), melakukan pengaturan tekanan, kemudian menginventarisasi pipa.

"Termasuk pemetaan, kita akan melakukan peremajaan pipa-pipa yang sudah tua dengan menggantinya," terangnya.

“Kita sedang melakukan inventarisasi, untuk pipa-pipa yang sudah tua akan kita lakukan rehabilitasi atau pergantian pipa untuk mengurangi NRW. Dari sisi pelanggan, kita juga akan memperketat aturan maupun tindakan terhadap pelanggan-pelanggan yang melakukan pencurian,” ujar dia.

Hal lain yag membanggakan, menurutnya, Tirta Khatulistiwa berencana untuk mengelola air limbah. Program ini sudah diketuk palu oleh DPRD Kota Pontianak dan tengah menunggu persetujuan dari pemerintah pusat.

"Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) merupakan proyek strategis nasional. Untuk penyelesaiannya ditargetkan selama enam tahun dengan jumlah 16.500 sambungan rumah," ujarnya.

"Rencana ke depan yang akan dibebankan ke Tirta Khatulistiwa yaitu selain mengelola air minum, juga pengelolaan air limbah. Termasuk juga masalah sanitasi masyarakat," pungkasnya. (TN)