trustnews.id

Jangan Salah Memilih Pemimpin: Pilpres 2019 Pertaruhan Hidup Mati Parpol dan Ormas Islam
demo

 Pilpres 2019 bukan hanya soal memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, melainkan antara kekuatan "Islam" dan kekuatan "komunis dan liberal". Pertaruhan hidup mati parpol dan ormas-ormas Islam. Itulah sebabnya, jika pada Pilpres nanti umat salah pilih pemimpin, kekuatan ‘Islam’ akan punah.

Sekretaris KDK Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Mohammad Naufal Dunggio mengatakan, memang tidak bisa dibayangkan jika pada pilpres nanti umat Islam salah dalam menentukan pilihan. Karena jika salah dalam memilih pemimpin, apakah kekuatan Islam masih ada di Indonesia atau tidak. 

“Saat ini semakin banyak mereka yang anti Islam ‘menguasai’  kekuatan-kekuatan politik dan sosial. Mereka bukan hanya berpaham komunis tapi juga liberal, sekuler, syi'ah, atheis dan aliran-aliran sesat, LGBT serta para haus kekuasaan yang korup. Jadi kalau rakyat Indonesia tidak mau menderita maka jangan pilih pemimpin  yang dikendalikan para musuh-musuh Allah itu dan musuh umat manusia," tegas Naufal.

Naufal berharap kepada para pemimpin yang berlaga di Pilpres 2019 untuk bisa memimpin Indonesia agar para komunis, sekuler dan liberal tidak berkuasa di Indonesia.

"Islam adalah personifikasi dari kubu yang baik dan komunis, liberal dan lainnya adalah kubu yang jahat. Sudah pasti kedua kubu ini (baik dan jahat) akan terus berbenturan sampai akhir zaman," tandasnya.

Komunisme

Sementara itu, Ketua Media Center 212 Novel Bamukmin mengatakan, memang benar Pilpres 2019 bukan hanya soal Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi tapi antara Islam dan kekuatan komunisme serta liberal. Oleh karena itu jika salah memilih pemimpin dan parpol di Pemilu 2019 maka Islam bisa saja akan habis di bumi Indonesia.  

Menurutnya, Pemilu 2019 benar benar umat Islam mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. 

Novel pun meminta pada Pemilu 2019, umat Islam wajib untuk memilih pemimpin yang beriman dan bertaqwa, membela ulama, cinta kepada Allah dan rasulnya. Bagi yang faham tentang Al Qur'an harus menyampaikan ayat-ayat tentang politik agar tidak berdosa dihadapan Allah nanti,  yaitu dengan memilih pemimpin yang telah dipilih ulama bukan ulama pilihan presiden. Novel yakin pemimpin yang telah dipilih ulama tidak akan khianati umat Islam.

Nasionalis

Pengamat politik dari Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) M Aminuddin mengatakan, lebih pas Pilpres 2019 adalah persaingan kubu pro asing kapitalis yang diwakili praktek kebijakan dan kubu nasionalis populis. Penilaian itu dilihat dari track record dan visi misi para Capres. Karena selama 5 tahun Jokowi memerintah selalu konsisten untuk berusaha mencabuti subsidi kebutuhan rakyat bawah seperti energi dan pertanian.

Terkait Prabowo juga akan menerima anak cucu PKI, Aminudin menuturkan, jika mendukung atau memilih tanpa syarat maka siapapun tidak akan bisa menolaknya. Apalagi Prabowo juga sangat Pancasilais.