trustnews.id

Pemkot Yogyakarta: Menjaga Keistmewaan di Era Digital
Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi


Yogyakarta tak hanya berpijak pada nilai budaya dan histori tapi juga kembangkan teknologi informasi bagi warganya.

Bila lama tak ke Yogyakarta, jangan kaget bila menemukan banyak hal baru di kota yang terkenal dengan gudeg, kebudayaan dan keramahan warganya ini.
Tengok saja, kawasan Malioboro, Stasiun Yogyakarta dan Kotabaru yang diubah menjadi kawasan pedestarian. Tidak saja memberikan nilai estetik kota, juga memanjakan bagi para pejalan kaki sekaligus cuci mata,  layaknya kota-kota pedestarian di sejumlah negara. 
“Kita ingin mewujudkan Yogyakarta menjadi kota yang keren dan ngangenin. Keren, berarti maju dan penuh prestasi. Ngangenin, berarti nyaman huni dan memberi kesan yang tak mudah dilupakan,” ujar Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi kepada TrustNews.
Untuk mewujudkan Yogyakarta keren dan ngangenin itulah, Yogyakarta di bawah kepemimpinan Heroe, terus melakukan terobosan, mulai dari Jogja Smart Service (JSS), Gandeng Gendong, hingga Gandes Luwes. 
Gandes Luwes, dijelaskan Heroe, Pemkot Jogja ingin membangun karakter warga kota yang Njogjani, sesuai dengan Keistimewaannya. Ini diwujudkan dengan pembenahan fisik bangunan di lima kawasan cagar budaya di Kota Jogja.  
“Membangun nilai-nilai keistimewaan, membangun keyogyakartaan dalam bentuk seni, budaya, desain arsitektur maupun tata nilai dan sikap yang menunjukan karakter keyogyakartaan,” ujarnya. 
karakter yang dimaksud, yakni mengenal seni budaya Yogyakarta, tata-sikap-perilaku yang menunjukkan sopan santun sebagai orang Jogja. Bangunan dan visual yang menguatkan karakter lingkungan yang ada di Jogja.
Begitu juga dengan Gandeng Gendong, yang melibatkan 5K, yaitu kampung, kampus, Pemerintahan Kota (Pemkot) Yogyakarta, corporate, dan komunitas.  Kelima pihak ini memiliki peranan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Yogyakarta. Yang kuat menggendong yang lemah dan saling bergandeng untuk maju bersama.
“Program Gandeng Gendong menjadi bagian penting dari usaha pemerataan pembangunan. Di tahun 2019 ini program Gandeng Gendong didukung dua program ikutannya, yaitu program Do It Kampung dan Dodolan Kampung. Do it Kampung mengarah pada penggunaan APBD agar perencanaan anggaran berfokus memperkuat potensi kampung dalam semua sektornya. Sedangkan Dodolan Kampung adalah konsep pemberdayaan masyarakat dengan menggali potensi baik sosial, budaya, ekonomi maupun fisik melalui Do dolan Neng Kampung (bermain ke kampung), Dodolan Kampung (menjual potensi kampung) dan Ngedol Kampung (mem-branding Kampung). Keduanya adalah wujud nyata dari tekad kami untuk Mbangun Kampung Nata Kutha,” paparnya. 
Karakteristik yang njogjani diiringi dengan implementasi teknologi informasi yang memberikan kemudahan dan kenyamanan masyarakat. Sebanyak 28 Ruang Terbuka Publik Hijau dan 43 Balai RW serta seluruh kantor pemerintahan di Kota Yogyakarta telah memiliki akses Wifi Publik. Begitu pula dengan pemasangan CCTV, dari 34 titik yang tersebar di Kota Yogyakarta, 23 diantaranya dikelola oleh Pemkot Yogyakarta.
Sementara itu, melalui JSS sebuah aplikasi layanan publik berbasis web dan android, masyarakat dapat mengakses sekitar 48 menu layanan Pemkot Yogyakarta diantaranya Kedaruratan, Informasi dan Aduan, Layanan Surat Warga, dan Antrian Puskesmas. Menu-menu layanan tersebut akan terus bertambah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. 
"JSS merupakan Balaikota di dunia maya yang secara on line bisa memberikan pelayanan dengan tuntas," tegas Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Beragam terobosan yang dilakukan, bagi Heroe, disebabkan keterbatasan Yogyakarta dalam urusan sumber daya alam dibandingkan daerah-daerah lainnya. 
“Yogyakarta itu kota yang tidak punya sumber daya alam. Gas nggak punya, batubara nggak punya, minyak nggak ada,  sumber daya kehutanan nggak ada bahkan pertanian juga nggak ada. Lengkap pokoknya,” ujarnya.
Dengan segala keterbatasan itu, lanjutnya, justru menjadikan masyarakat Yogyakarta lebih kreatif tanpa mengandalkan sumber daya alam.  Dalam perjalanannya, Yogyakarta tumbuh dan mendunia sebagai kota seni dan sejarah. Atmosfir seni dan budaya yang telah mengakar di masyarakat Yogyakarta secara tidak langsung juga mendorong tumbuhnya industri kerajinan di Yogyakarta. (TN)