trustnews.id

Celah Indonesia Dalam Perang Dagang
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri.

Celah Indonesia Dalam Perang Dagang

NASIONAL Senin, 30 September 2019 - 06:58 WIB TN

Indonesia bisa mengisi produk-produk yang selama ini diisi baik Amerika Serikat maupun China.

Selain menimbulkan ketidakpastian ekonomi, perang dagang Amerika Serikat-China yang tak juga kunjung reda, juga memberi berkah bagi sejumlah negara. Ini dipicu pindahnya sejumlah perusahaan dari kedua negara tersebut ke negara-negara lain dalam upaya melindungi usahanya agar terus berjalan. 
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, mengatakan, situasi perang dagang Amerika dan China sebenarnya menguntungkan bagi Indonesia.  Caranya, memanfaatkan celah perang dagang terutama dalam jangka pendek dengan mengisi produk-produk yang selama ini diisi oleh Cina ke Amerika Serikat. Produk-produk tersebut antara lain produk alas kaki, furnitur, travel goods, hingga perhiasan.
“Dalam jangka pendek perang dagang Amerika dan China ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia dengan mengisi produk-produk yang selama ini diisi oleh China ke Amerika Serikat,” ujarnya.
Namun Kasan mengingatkan, badan pengkajian yang dikelolanya juga mengidentifikasi, Indonesia akan menjadi sasaran masuknya produk-produk dari kedua negara tersebut. Ini disebabkan, kedua negara mencari negara-negara lain untuk memasarkan produk-produknya yang tertahan masuk.
“Kita memberikan hasil analisis mengenai penggunaan trade remedies, instrumen yang digunakan melindungi industri dalam negeri. Misalnya bea masuk antidumping atau safeguards, untuk mengantisipasi jangan sampai kelonjakan impor itu masuk ke Indonesia,” paparnya.
Agar peluang tersebut tidak diambil negara lain, Kasan melihat, Indonesia harus lebih intensif lagi dalam melakukan pendekatan bilateral di kedua negara. Guna menangkap peluang yang muncul dari perang dagang tersebut.
“Indonesia bersahabat dengan kedua negara tersebut, tidak ada kecondongan ke Amerika Serikat atau ke China. Justru Indonesia secara aktif mendekati keduanya melalui pendekatan bilateral dan multilateral untuk memasukkan produk-produknya,” ujarnya.
Dalam mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, pihaknya menyiapkan perwakilan untuk mengatasi negara-negara emerging yang tidak jauh terutama Asia Selatan seperti Srilanka, Bangladesh dan Pakistan. Myanmar dan Vietnam juga masuk dalam negara tujuan yang akan dibuka sebagai pasar tujuan ekspor.
“Perwakilan tersebut berguna tidak saja sebagai marketing, tapi membantu dunia usaha masuk ke pasar tersebut,” pungkasnya.(TN)