trustnews.id

Kerja Sama Kapal Selam Dengan Korsel Ngeri-Ngeri Sedap
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Kisah kapal selam yang terus melecutkan tanda tanya. Begitulah kira-kira kerja sama Indonesia (PT PAL Indonesia) dengan galangan kapal perusahaan asal Korea Selatan (Daewoo Shipbuilding and Marine/DSME) kini berganti kepemilikan menjadi Hanwha Ocean Co dalam pembuatan enam kapal selam.

Setelah lama terendap, tanya itu kembali menyeruak ke permukaan di awal Januari 2024. Meski tak melahirkan jawaban, pertanyaan itu memantik polemik yang berkepanjangan.

Apa yang sebenarnya terjadi dalam kerja sama pembuatan kapal selam tersebut? Apakah kerja sama tersebut dibatalkan atau ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan? Apa yang menyebabkan itu terjadi?

Jauh sebelumnya, Ryamizard Ryacudu saat menjabat Menteri Pertahanan, mengatakan, “kapal (selam) kelima keenam itu kita buat sendiri, masak sampai lima kali tidak bisa buat, kita bukan orang bodoh, banyak orang pintar".

Hal itu diucapkannya dalam upacara penamaan dan penyerahan kapal selam KRI Ardadedali-404 di galangan kapal perusahaan asal Korea Selatan, Okpo, Korsel, pada Rabu (25/2018).

“Kapal selam ketiga kerja sama dengan Korsel dibuat PT PAL,” ujar Menhan sambil melanjutkan, “Kemudian ditambah dua, tiga, kerja sama, setelah itu kita bisa buat sendiri, itu arti makna yang awal dari kerja sama ini,” ujar Ryamizard.

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang tak terjawab itulah, Majalah TrustNews menemui Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang, CEO PT PAL Indonesia, di ruang kerjanya.

Berikut petikan:

Bagaimana sebenarnya kelanjutan kerja sama pembuatan kapal selam PT PAL dengan galangan kapal perusahaan asal Korea Selatan ?

(Kaharuddin tertawa)... Ini pertanyaan ngeri-ngeri sedap orang bilang. Dijawab salah, tidak dijawab juga salah. Tapi memang sempat ramai paska debat Capres awal Januari lalu. Kita bisa berikan jawaban, posisi masih tarik-menarik.

Setelah tiga tahun berjalan setelah menerima kapal selam Alugoro-405 masih tarik-menarik?

(Kaharuddin tampak termenung)... kita kasih gambaran, bila orang mengambil kursus apakah itu kursus baju atau montir apa yang sebenarnya orang itu dapatkan. Jawabannya ilmu. Kursus hanyalah sarana untuk mentransfer ilmu. Ketika orang itu menyelesaikan kursusnya, ia sudah mendapatkan ilmu untuk diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi transfer ilmu (transfer of technology/ ToT) yang jadi permasalahan?

ToT tidak ada masalah sama sekali. Saya hanya memberikan gambaran kondisi kerja sama antara PT PAL dan Perusahaan asal Korea Selatan. Sejak kerja sama dimulai, Indonesia mengirim 206 engineer ke Korea Selatan untuk belajar baik learning by seeing maupun learning by doing.

Hasil ToT, kita terapkan dengan membuat kapal selam Alugoro-405 di galangan kapal milik kita di Surabaya. Karena personil yang kita kirim sudah sejak awal ikut terlibat dalam pembuatan kapal selam KRI Nagapasa dan KRI Ardadedali.

Dalam dunia kelautan, pembuatan kapal selam tergolong sulit sehingga tidak semua negara bisa membuatnya. Dari sedikit negara tersebut, Indonesia tercatat memiliki kompetensi membuat kapal selam. Bahkan untuk kemampuan penguasaan teknologi kapal selam tidak lepas dari peran penting Pemerintah dalam mendukung PT PAL, salah satunya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dengan membangun fasilitas produksi dan perbaikan kapal selam satu-satunya di ASEAN.

Inikan suatu kebanggaan bagi bangsa dalam mewujudkan mimpi Indonesia untuk membangun kapal selam berteknologi mutakhir. Dengan dukungan pemerintah dan semangat para insinyur Indonesia, kita bisa menguasai teknologi kapal selam secara progresif. Sehingga kedepan, kita bisa membangun kapal selam secara mandiri, mulai dari desain hingga produksinya.

Kembali ke masalah kerja sama PT PAL dan Perusahaan asal Korea Selatan, seperti masih jauh dari kata titik temu untuk bisa menemukan jawaban?

Secara pribadi, saya bisa memahami kalau Prabowo Subianto bersikukuh untuk menolak memberikan jawaban secara terbuka atas sebuah pertanyaan. Karena pada Prabowo Subianto melekat jabatan Menteri Pertahanan sehingga harus memilah secara bijak mana yang bisa disampaikan dan mana yang harus dirahasiakan dari publik.

Karena saya juga pernah berada pada posisi beliau, bisa menjawab tapi ada hal penting yang membuat saya tidak bisa menjawabnya. Misalnya, PT PAL mendapat pinjaman dana dari luar negeri untuk membuat Fregat Merah Putih.

Lalu orang tanya bagaimana kelanjutannya. Pertanyaan ini bisa dengan mudah dijawab, kenyataan tidak bisa kita jawab. Kalaupun dijawab dibuat menggantung. Karena saat itu, kita sedang dalam proses pembuatan Fregat Merah Putih dan jangan sampai negara lain tahu bahwa Indonesia tengah membangun kapal fregat. Maunya sih diam-diam saja, tahu-tahu sudah jadi itu kapal.

Untuk Kapal Fregat sudah mulai di buka ke publik ?

Pada Agustus 2023 telah dilaksanakan seremoni keel laying, sebagai simbol hari kelahiran kapal. Dengan kemajuan proyek pembangunan kapal perang mutakhir ini, Menhan beberapa waktu lalu meninjau langsung pekerjaan kapal Fregat Merah Putih. Dalam lawatannya, Menhan turut menyampaikan apresiasinya atas pembangunan kapal ini 100% dilakukan oleh anak bangsa Indonesia tanpa bantuan teknis dari negara asing. Dan, Fregat Merah Putih akan menjadi kapal perang kombatan terbesar di kawasan ASEAN.

Inikan menambah panjang catatan sejarah, setelah kapal selam Alugoro-405 dan kini Fregat Merah Putih.

Berarti masih rahasia kelanjutan PT PAL dan Perusahaan asal Korea Selatan?

Apakah ini rahasia, bisa dikatakan rahasia karena ini menyangkut kerahasian kedua belah pihak yakni PT PAL dan Perusahaan asal Korea Selatan.

Pihak luar mengatakan, ketidakjelasan kelanjutan proyek kapal selam sebagai akal-akalan Indonesia dalam menuntut renegosiasi. Kita iyakan saja, karena itu tadi yang tahu rahasia itu hanya PT PAL dan Perusahaan asal Korea Selatan. Namun kita mengingatkan tidak semuanya bisa dibuka begitu saja.

Harus hati-hati dalam memilah, mana yang bisa dibuka dan mana yang harus dirahasiakan. Tidak perlu dengan sengaja memancing-mancing, karena kerahasiaan itu tujuannya untuk menaikkan posisi Indonesia pada akhirnya.