trustnews.id

Asip Kholbihi, Bupati Pekalongan

"Saya Ingin Kabupaten Pekalongan Maju"

WAWANCARA Rabu, 21 Agustus 2019 - 09:41 WIB TN

Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, sepertinya punya daya tarik tersendiri bagi Presiden Joko Widodo. Boleh dibilang, hampir tiap tahun sejak dilantik sebagai presiden, Jokowi selalu melakukan kunjungan ke Kabupaten Pekalongan. 
Kunjungan terakhir Presiden Jokowi ke Kabupaten Pekalongan tercatat pada November 2018 dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Hari Pahlawan yang diadakan oleh Pimpinan Pusat GP Ansor di Alun-Alun Kajen, Kabupaten Pekalongan.  
Bisa jadi Kabupaten Pekalongan yang terus menunjukkan pertumbuhan ekonominya selama 3 tahun belakangan ini mampu mencuri perhatian orang nomor satu di republik ini. Pertumbuhan ekonomi yang terus naik, tentu berdampak pada turunnya angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin. 
Hal itu tidak lepas dari tangan dingin Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, sejak dilantik tahun 2016 lalu, dalam melahirkan sejumlah inovasi dan melihat segala potensi yang dimiliki Kabupaten Pekalongan. Tengok saja, hutan alam disulapnya menjadi destinasi wisata, sehingga wilayah yang semula zero income kini perputaran ekonominya menembus miliaran rupiah.
Dalam wawancara khusus dengan TrustNews, Asip Kholbihi bicara tentang upayanya membangun Kabupaten Pekalongan. Berikut wawancara selengkapnya:


Masih dalam suasana hari jadi Kabupaten Pekalongan, di tahun ke tiga masa kepemimpinan Anda, sudah sejauhmana optimalisasi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam. Apa parameternya yang dipakai?
Kita selalu mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Di tahun ke tiga ini lebih fokus pada infrastruktur, penguatan sarana dasar dan UMKM dengan hasil akhir peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Parameternya bisa dilihat dari adanya peningkatan indeks pembangunan manusia tahun 2018 ini meningkat lumayan, sekitar 69,07% dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 68,40%.

Bagaimana target pertumbuhan ekonomi? 
Kalau dilihat angka pertumbuhan ekonomi pertahunnya terus mengalami kenaikan saat ini di angka 5,35%. Ini menggambarkan geliat perekonomian di Kabupaten Pekalongan cukup dinamis.

Kondisi tersebut linier dengan turunnya angka kemiskinan?
Naiknya angka pertumbuhan ekonomi tidak saja berbanding lurus dengan turunnya angka pengangguran, tapi juga turunnya angka kemiskinan. Trend positif ini harus dipertahankan tidak saja oleh Pemkab,  tapi juga seluruh stakeholder dan masyarakat Pekalongan. 

Detailnya seperti apa?
Saat awal saya menjabat sebagai bupati, angka kemiskinan di 2016 tercatat 12,98%. Satu tahun kemudian turun lagi 12,61%. Pada tahun 2018 angka kemiskinan turun tajam menjadi 10,06%, posisi ini berada di bawah angka kemiskinan Provinsi Jawa Tengah. Penurunan ini terkait dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja. 
Kita bicara by data bahwa ada penurunan angka kemiskinan dari tahun 2016 ke tahun 2018, ini format pembangunan yang kita desain dan dilaksanakan dengan cermat ternyata membawa dampak yang dirasakan langsung oleh rakyat. 

Bagaimana dengan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan?
Kita membangun Kabupaten Pekalongan secara merata, mau wilayah barat, selatan, utara, atas atau bawah sama saja. Lagi-lagi kita bicaranya by data. Dari 2016 awal semester II Juni 2016 sampai 2018 semester I, kita sudah membangun 5 pasar skala besar dan menengah. Tahun 2019 ini kita bangun lagi 2 pasar, praktis ada 7 pasar yang kita selesaikan. Ini menjadi tempat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya sebagai tempat memasarkan produk-produk unggulan dari pekalongan seperti batik, sarung dan jeans. 
Setelah pasar dan jalan, lalu apalagi yang kita bangun? Untuk menguatkan layanan kesehatan masyarakat, kita bangun rumah sakit di Kecamatan Kesesi yang berada di wilayah barat. Artinya, sudah ada 3 rumah sakit tipe B dan D. Semua ini menunjukkan bahwa kita membangun secara merata,  baik secara geografis maupun pemerataan di program.

Terkait penguatan layanan kesehatan, apakah tolak ukurnya itu keberadaan rumah sakit saja atau ada hal lain yang memudahkan masyarakat mendapatkan kesehatan dan pendidikan?
Kabupaten Pekalongan punya Kartu Kajen Sehat, Kartu Kajen Cerdas, Kartu Asuransi Nelayan dan Kartu Asuransi Peternak dan Petani. Kartu-kartu ditujukan agar masyarakat Kabupaten Pekalongan mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tidak ada lagi anak-anak yang tidak bisa sekolah karena ketiadaan biaya. 

Jangan-jangan untuk gagah-gagahan biar sama dengan wilayah lain yang mengeluarkan kartu serupa?

Ya ndak lha (tertawa). Ndak sampai sana mikirnya. Rakyat Kabupaten Pekalongan punya spirit untuk bisa berdikari di bidang ekonomi, maju di bidang pendidikan, kesehatan serta berkarakter, terhormat sebagai jati diri masyarakat Kabupaten Pekalongan. Bila dilihat secara ekonomi, seperti tadi yang saya katakan pertumbuhannya baik, angka pengangguran turun dan angka kemiskinan juga turun.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi baik, membutuhkan sumber daya manusia yang baik. Cara mendapatkannya tentu dengan pendidikan dan kesehatan yang baik pula, sehingga anak-anak Kabupaten Pekalongan tidak kalah saing dengan anak-anak dari daerah lain. 
Agar masyarakat mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik, Pemkab mengeluarkan Kartu Kajen Sehat yang terintegrasi dengan BPJS dan JKN yang dananya bersumber dari APBD. Pada tahun 2018 kemarin dianggarkan sebesar Rp21 miliar.
Begitu juga dengan Kartu Kajen Cerdas yang sasarannya siswa-siswi kurang mampu di tingkat SD, SMP maupun SMA, sudah ditetapkan secara by name dan by address. Karena anak-anak punya hak untuk mendapatkan pendidikan, jangan karena terkendala ekonomi lalu si anak tidak bisa sekolah. Ini menunjukkan bahwa kita sangat serius untuk membangun dari berbagai bidang.

Petungkriyono dan Paninggaran menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Pekalongan, bagaimana Anda melihatnya?
Saya melihat potensi saja. Kalau daerah itu punya potensi mengapa tidak kita kemas lalu kita jual toh baliknya juga dirasakan rakyat juga dengan bergeraknya roda perekonomian di daerah tersebut. Petungkriyono, misalnya, itu satu-satunya hutan alam yang tersisa di Jawa. Paru-parunya Pulau Jawa. Terus apa untungnya bagi rakyat setempat dengan adanya hutan alam tersebut. Kita jadikan objek wisata dan perlahan dari daerah zero income, sekarang dengan kedatangan para wisatawan sudah miliaran rupiah uang yang berputar. Ada dua keuntungannya, kelestarian alam terjaga dan masyarakat mendapatkan nilai lebih secara ekonomi. Begitu juga dengan daerah-daearah lain dengan segala potensinya, kita bangun dengan kearifan lokal.(TN)