trustnews.id

Menikmati Pedesaan Jogjakarta Bersama Teman Bus Jogja

 

Penumpang protes soal pelayanan, hal yang biasa. Tapi penumpang protes karena pengelola bus berencana menghentikan salah satu rutenya, baru luar biasa. Bahkan protes warga sempat ramai di ranah media sosial dan baru mereda setelah pengelola membatalkan rencana tersebut.

Kisah dibatas terjadi pada paruh Oktober 2022 lalu. Kala itu PT Jogja Tugu Trans (JTT) selaku pengelola Teman Bus Jogja (Transjogja) berencana menutup Koridor Godean. Penyebabnya, tingkat keterisian penumpang untuk jurusan tersebut sangat rendah, tak lebih dari 20 persen.

Paska ramai di media sosial, JTT akhirnya membatalkan peniadaan koridor. Namun hanya jam operasional yang berubah hanya pagi dan sore hari pelayanan diberikan. Selain itu, layanan Trans Jogja koridor Godean tetap diberlakukan tiket, kecuali untuk pelajar dan mahasiswa.

Paska kejadian tersebut, Teman Bus Jogja pun mencuri perhatian netizen. "Mahluk apa itu itu?". Begitulah kira-kira kekepoan netizen.

Secara singkat bisa diinfokan, Teman Bus Jogja baru eksis pada tahun lalu sekitar bulan Oktober 2020 yang dikelola JTT setelah mendapat kepercayaan dari Kemenhub.

Boleh dibilang, JTT merupakan pemain lama dalam urusan pengelolaan bus di Jogjakarta. Ini diakui Agus Andrianto selaku Direktur Utama PT Jogja Tugu Trans.

"Kami merupakan konsorsium pelaku angkutan perkotaan lama di jogja. Terus terang kami tergerus zaman, karena banyak kendaraan pribadi. Jadi kami terpinggirkan," ungkap Agus membuka pembicaraan dengan TrustNews.

Konsorsium yang dimaksud, Agus yakni empat koperasi pengelola transportasi umum kota dan pedesaan di Jogja (Koperasi Pemuda Sleman, Kopata, Aspada, dan Puskopkar) dan Perum DAMRI. Dari keanggotaan konsorsium, tidaklah mengherankan jika pilihan trayek Teman Bus Jogja melewati kawasan pinggiran kota dan pedesaan seperti Pakem, Godean, Ngaglik, dan lain sebagainya.

Kisahnya mundur ke 2008, saat itu JTT menjadi operator bus di Jogjakarta hingga 2015. Ini dikarenakan kerja sama berhenti dan berganti pengelolaan. Lima tahun kemudian, tepatnya 2020, JTT mendapat kepercayaan dari Kemenhub dengan armada sejumlah 44 buah hingga saat ini.

"Sejak 2008 sudah berkomitmen memberikan pelayanan itu. Dan di 2020 ada tugas baru yaitu untuk pelayanan Buy The Service (BTS) yang ada di Jogja. Jadi ada APBD dan menggunakan dana dari Kementerian Perhubungan," ujarnya.

Sebagai informasi, Bus BTS merupakan program Pemerintah dalam layanan angkutan umum, dimana pemerintah membeli layanan yang disediakan operator. Lewat skema buy the service, pembelian layanan dihitung berdasarkan formulasi biaya pokok yang akan menghasilkan nilai rupiah per kilometer. Dengan demikian, pihak operator nantinya tetap dibayar berdasarkan nilai tempuh dalam rupiah per kilometer.

Dijelaskan Agus, fasilitas Teman Bus dibekali oleh peralatan canggih IoT (Internet of Things) seperti CCTV, reader kartu non tunai, sensor penghitung jumlah penumpang, sensor alarm pada pengemudi untuk mendeteksi jika ada pelanggaran pada pengemudi seperti pengemudi mengantuk, merokok, tidak menggunakan seatbelt dan keluar jalur/ trayek yang kemudian sistem membunyikan alarm dan mengirim informasi ke Command Center secara real time.

"Para pengemudi dan staf sudah dilakukan pelatihan khusus untuk wajib mengikuti peraturan dan pengecekan berkala terhadap bus, guna menjaga fasilitas dan pelayanan serta waktu headway (jarak antar bus) yang ditentukan yaitu 10 menit, sehingga penumpang tidak menunggu lama di halte dan berdesakan dalam bus," jelasnya.

Selain itu, Teman Bus dilengkapi juga dengan aplikasi mobile untuk memudahkan penumpang mendapatkan informasi rute, titik halte dan jadwal keberangkatan bus. Aplikasi Teman Bus saat ini sudah bisa diunduh di Playstore dan Appstore.

"Setelah mengunduh Teman Bus cukup buka aplikasinya, tunggu di halte terdekat dari posisi penumpang yang tertera di aplikasi, siapkan kartu non tunai , naik bus, lalu tempelkan kartu non tunai pada perangkat reader" urainya.

Kembali ke masalah pengurangan trayek atau koridor, Agus mengungkap, pandemi Covid-19 sangat mengganggu arus kas perusahaan sehingga ditempuh langkah mengurangi beberapa koridor.

"Jumlah trayek yang dikurangi memang lumayan ya dari 54 trayek koni hanya melayani 43 trayek. Secara internal malah lebih frontal lagi efisiensi yang dilakukan tanpa mengurangi pelayanan kepada masyarakat," ujarnya.