trustnews.id

BALITBANGTAN HASILKAN INVENSI DAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
Fadjry Djufry, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan.

Penguasaan dan penerapan teknologi merupakan kunci daya saing sektor pertanian. Balitbangtan telah menghasilkan dan mempersiapkan sejumlah invensi dan inovasi terkait teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian.

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dan menentukan baik dalam persoalan pangan maupun ekonomi. Meski memiliki peran yang strategis, permasalahan di sektor ini pun terbilang sangat kompleks dan mendalam bila melihat tantangan yang dihadapi.

Mulai dari peningkatan jumlah penduduk, konversi dan degradasi kualitas lahan, perubahan iklim, mutu dan keamanan pangan serta perubahan pola konsumsi. Namun demikian permasalahan tersebut dapat ditangani dengan lahirnya terobosan di dunia pertanian.

Fadjry Djufry, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan, mengatakan, penguasaan dan penerapan teknologi merupakan kunci daya saing sektor pertanian. Merespon dinamika dan tuntutan global tersebut, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan dan mempersiapkan sejumlah invensi dan inovasi terkait teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian.

"Pengembangan sistem pangan terutama penanganan pascapanen dan pemasaran hasil pertanian menjadi sangat krusial dalam menjamin dan mewujudkan keta- hanan pangan nasional, terlebih dimasa pandemi Covid-19 saat ini," ujaf Fadjry Djufry kepada TrustNews.

Dilanjutkannya, optimalisasi penanganan pascapanen dan pemasaran hasil pertanian memiliki potensi untuk dapat mengurangi Food Loss dan Food Waste, menekan disparitas harga antar wilayah, membuka kesempatan berusaha serta meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

"Kami rasa ini sangat penting, karena isu yang akhir ini berkembang adalah terkait food sustainability," ungkapnya.

'Kementerian Pertanian selama ini tidak hanya menekankan pada upaya peningkatan produksi pangan, melainkan juga pada upaya peningkatan nilai tambah, daya saing, hilirisasi, pemasaran dan ekspor produk pertanian yang diharapkan dapat memberikan efek pengganda (multiplier effect) untuk sektor pembangunan lainnya," paparnya.

Diakuinya, Balitbangtan merupakah lembaga penelitian di bawah kementerian yang terbesar di Indonesia. Terdiri 1.700 peneliti, 500 penyuluh dan fungsional lainnya dengan total SDM 7.000 orang. Dengan besarnya SDM di Balitbangtan, tentu saja kompetensi sumber daya manusia juga menjadi kebutuhan.

'Karena sebagai organisasi riset, Balitbangtan membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi tertentu, yang meliputi aspek pengetahuan (knowledge, science), keterampilan (skill, technology), termasuk sikap perilaku (attitude) yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaan," ungkapnya.

Pengelolaan (pengembangan dan pembinaan) SDM di Balitbangtan, lanjutnya, dilakukan melalui pelatihan jangka panjang untuk tugas belajar S2 dan S3; pelatihan jangka pendek meliputi Diklat Fungsional, Diklat Teknis, Post Doc, Scientific Exchange, Seminar, Workshop dan Konferensi

"Selain itu ppembinaan SDM juga dilakukan melalui Pengembangan Karir SDM, detasering, magang, mentoring, dan penghargaan. Penataan sistem manajemen SDM aparatur ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur di Balitbangtan," pungkasmya.

Sesuai amanah dari Presiden Republik Indonesia dalam rakernas pembangunan pertanian, diterangkannya, menginginkan agar digunakan cara-cara yang tidak biasa dan mengimplementasikannya dalam skala besar atau berskala ekonomi (economies of scale), salah satunya dengan implementasi teknologi.

"Sehubungan dengan hal tersebut, Balitbangtan dituntut menghasilkan terobosan-terobosan teknologi inovatif dan dapat diimplementasikan dalam skala luas agar gap antara hasil penelitian dan prakteknya di lapangan oleh petani tidak terlalu jauh," ujarnya.

"Tentu saja ke depan masih banyak pekerjaan rumah Balitbangtan terkait pemasyarakatan invensi dan inovasi hasil Balitbangtan ini. Saat ini Balitbangtan telah mengembangkan Riset dan Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK), yang merupakan program atau kegiatan lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap)," paparnya.

Lebih lanjut Fadjry mengatakan Balitbangtan telah banyak melahirkan berbagai program untuk mendukung pembangunan pertanian, seperti SUT (Sistem Usaha Tani), AEZ (Agroekological Zone), KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), hingga RPIK (Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif).

"Keberadaan RPIK diharapkan menjadi jembatan antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Badan Riset dan Inovasi Indonesia (BRIN). Keberadaan RPIK betul-betul telah diapresiasi keberhasilannya, dan ini merupakan loncatan dari Balitbangtan," pungkasnya. (TN)