trustnews.id

SELAMAT DATANG BANK SYARIAH ‘TERBESAR’ INDONESIA!

Hasil gabungan antara PT Bank BNI Syariah, PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menargetkan bank syariah terbesar di Indonesia dapat rampung pada Februari 2021. Menurut dia, bank syariah ini dibangun untuk memperkuat industri keuan­gan Indonesia.

"Kita memperkuat industri keuangan syariah dengan membangun satu bank syariah terbesar di Indonesia. Kita sudah targetkan, Insyaallah di bulan Febru­ari sudah bisa diselesaikan," ujar Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah, Senin (25/1/2021).

Presiden menilai, ekonomi syariah masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Pasalnya, ekonomi syariah tidak hanya dikembangkan nega­ra-negara dengan mayoritas penduduk muslim.

Namun, negara-negara seperti, Jepang, Thailand, Inggris, hingga Amerika Seri­kat kini juga mengembangkan ekonomi syariah. Untuk itu, Indonesia harus dapat menangkap peluang tersebut dengan mendorong percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional.

"Kita harus mempersiapkan diri seba­gai pusat rujukan ekonomi syariah global," ucapnya.

Kendati begitu, Jokowi mengatakan Indonesia masih memiliki sejumlah peker­jaan rumah agar menjadi pusat rujukan ekonomi syariah global. Dia menyebut indeks literasi ekonomi syariah Indonesia masih rendah yakni 16,2 persen.

"Ini masih rendah. Masih banyak ruang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, masih banyak peluang untuk dapat dioptimalkan," kata dia.

"Kita juga harus terus menata rantai nilai halal pada sektor riil yang men­dukung UMKM, termasuk pengembangan ekonomi kreatif," sambung Jokowi.

Presiden juga mengungkap, potensi wakaf di Indonesia sangat besar hingga Rp 2.000 triliun. Baik wakaf benda tidak bergerak dan bergerak maupun dalam bentuk uang.

"Potensi wakaf sangat-sangat besar di negara kita. Potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp 2.000 triliun, dan potensi wakaf uang bisa menembus angka Rp 188 triliun," kata Jokowi saat memberi­kan sambutan dalam acara peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah, Senin (25/1/2021).

Untuk itu, dia ingin pemanfaaran wakaf lebih diperluas lagi sehingga tak lagi untuk tujuan ibadah. Namun, juga bisa dikembangkan untuk sosial ekonomi yang dapat mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat.

Jokowi menekankan pentingnya peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang untuk meningkatkan kepedulian serta li-terasi masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, sebagai upaya memperkuat kepedulian dan solidaritas mengatasi kemiskinan serta ketimpangan sosial di Indonesia.

"Sebagai negara dengan jumlah pen­duduk Muslim terbesar di dunia, sudah saatnya kita memberikan contoh, prak­tik pengelolaan wakaf yang transparan, yang profesional, yang kredibel, yang bisa dipercaya, dan dapat memberikan dampak produktif bagi kesejahteraan dan pember­dayaan ekonomi umat Islam," jelas Jokowi.

"Sekaligus memberikan upaya sig­nifikan dalam menggerakkan ekonomi nasional kita, khususnya di sektor UMKM," ujar Jokowi.

Seperti yang sudah tertuang pada MoU atau Nota Kesepahaman (Conditional Mer-ger Agreement/CMA) pada 13 Oktober 2020 lalu, akhirnya jagat keuangan dan per­bankan syariah kedatangan pemain baru. Dia adalah Bank Syariah Indonesia, yang merupakan bank hasil gabungan antara PT Bank BNI Syariah, PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Jika seluruh prosesnya telah tuntas serta persetujuan dan regulator-regulator terkait telah diperoleh, maka bank hasil penggabungan ini secara resmi menjadi perusaaan terbuka, PT Bank Syariah Indo­nesia Tbk, dengan kode saham BRIS.

Hal ini sesuai yang digunakan oleh PT Bank Syariah Tbk. selaku bank yang mene-rima penggabungan. Meski begitu peng­gabungan nama tersebut juga akan diikuti dengan pergantian logo, sehingga meski PT BRIS yang menjadi entitas yang mene-rima penggabungan, namun logo bank ini akan berbeda. Selain itu kantor pusat Bank Syariah Indonesia tercatat akan berada di Jalan Abdul Muis No. 24 Jakarta Pusat, yang sebelumnya merupakan kantor pusat BRIS.

Bank Syariah Indonesia ini akan utuh dan efektif melakukan penggabungan terjadi pada 1 Februari 2021 mendatang. Meski begitu Bank Syariah Indonesia ini sudah melakukan Perubahan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang memuat tambahan penjelasan ihwal struktur, nama, dan logo bank baru telah dilakukan.

Dari hasil penggabungan tiga bank syariah ini, dari sisi aset, Bank Syariah Indonesia akan memiliki total aset men­capai Rp214,6 triliun. Bank Syariah Indo­nesia juga akan menjadi Bank BUKU III dengan modal inti sebesar Rp20,42 triliun.

Selain itu, Bank Syariah Indonesia memiliki 1.200 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Ini diyakini bisa mendorong pertumbuhan dana pihak keti­ga (DPK). Bahkan menargetkan pengum-pulan DPK harus bisa melampaui pencapaian dari bank konvensional.

Bank hasil penggabungan juga diyakini akan dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar dan seja­lan dengan rencana Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Di samping itu, bank hasil penggabungan akan menyasar investor global lewat produk-produk Syariah yang kompetitif dan inovatif. ­

Segmen UKM dan Mikro, bank hasil penggabungan akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM me-lalui produk dan layanan keuangan Syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM baik secara langsung maupun melalui sinergi dengan bank-bank Himbara dan Pemerin­tah Indonesia.

Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI Saham Sya­riah 2% dan publik 4,4%. Struktur peme-gang saham tersebut adalah berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan. (TN)