
TRUSTNEWS.ID - Indonesia kaya akan potensi pariwisata. Dari pantai Sabang hingga budaya Merauke, lanskap alam, warisan sejarah, dan keragaman budaya menawarkan pesona tak terbatas. Namun di panggung global, Indonesia belum menjadi pemain utama.
Transformasi menjadi keharusan, dan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney hadir mendefinisikan ulang lanskap pariwisata nasional agar bisa bersaing dengan bangsa lain seperti Thailand dan Singapore.
Dalam 2–3 tahun terakhir, InJourney telah melakukan transformasi signifikan di berbagai lini kebandarudaraan dengan mengusung empat pilar utama: People, Process, Premise, dan Technology.
Langkah ini mencakup peningkatan kompetensi SDM, digitalisasi layanan, modernisasi infrastruktur, serta pemanfaatan smart system untuk pengalaman perjalanan yang cepat, efisien, dan berkesan.
Transformasi yang dimulai di Bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai Bali ini mencerminkan peran bandara sebagai gateway of the nation.
“Bandara adalah representasi dari negara kita, gateway of the nation,” ujar Herdy Harman, Direktur SDM dan Digital InJourney kepada TrustNews.
Menurutnya, paradigma bandara berubah dari yang hanya sekedar tempat naik dan turunnya penumpang melainkan menjadi tourism hub. InJourney menyelenggarakan berbagai program pengembangan SDM yang berkelanjutan, mulai leadership competency, profesional competency, dan functional competency.
Salah satu program peningkatan profesional competency adalah GM Airport Academy. Program ini diselenggarakan untuk melatih General Manager bandara Indonesia dengan perspektif kepemimpinan strategis dan holistik layaknya CEO.
Pada 2023, InJourney Airports melayani 150 juta penumpang—naik 30% dari 2022—dan mencatat 1,21 juta pergerakan pesawat. Pada 2024, jumlah penumpang meningkat lagi menjadi 155,9 juta, meskipun pergerakan pesawat menurun 4%, mencerminkan efisiensi penggunaan slot dan keterisian kursi. Volume kargo ikut melonjak 14% menjadi 1.439 ton, didorong pertumbuhan ekonomi digital.
Restrukturisasi juga dilakukan melalui InJourney Aviation Services (IAS), konsolidasi 11 anak usaha eks Angkasa Pura I dan II menjadi lima lini cargo dan logistics, ground handling, hospitality, properti, dan operation supports.
Secara global, 11 bandara InJourney Airports meraih 34 penghargaan Airport Council International. Perusahaan juga meraih Best Business Transformation 2024 dan The Best Corporate in Aviation Services Provision pada Anugerah BUMN. Sementara IAS dinobatkan sebagai The Best Performer for Integrated Air Cargo and Logistics Services pada Indonesia Logistics Award.
“Kami beralih dari operasi terfragmentasi ke strategi terpadu,” ujarnya.
Pada 2024 pendapatan usaha naik 27,8% menjadi Rp30,5 triliun dengan laba bersih Rp2,5 triliun, mengalami peningkatan 119,5% dari tahun 2023.
Pasca transformasi, InJourney mencatatkan EBITDA tumbuh 23,1% menjadi Rp12,2 triliun, Net Profit Margin meningkat dari 4,7% menjadi 8,2%, dan ROIC naik dari 5,1% ke 7,1%.
Di sektor destinasi wisata, InJourney Destination Management yang merupakan anak perusahaan InJourney yang mengelola kawasan Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko serta Taman Mini Indonesia Indah telah berhasil mengubah TMII memiliki wajah yang lebih fresh dengan revitalisasi yang digarap dengan totalitas. TMII kini tak hanya menjadi taman miniatur Indonesia, namun juga menjadi representasi budaya Nusantara dan ruang bagi seluruh komunitas yang inklusif dan mengedepankan ruang terbuka hijau.
“Kami tidak hanya mencari keuntungan dari penjualan tiket saja, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi wisatawan melalui pelayanan yang optimal untuk wisatawan,” ujarnya.
Di sektor hospitality, InJourney melalui InJourney Hospitality, mengelola 40 hotel dan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur Bali sebagai Indonesia’s first health and wellness destinations.
“Kami menyinergikan hospitality, kesehatan, dan budaya untuk menarik wisatawan bernilai tinggi,” ujarnya.
Sarinah, yang dulunya pusat ritel, kini bertransformasi menjadi etalase budaya Indonesia. Salah satunya melalui program Sarinah Pandu, UMKM unggulan dikurasi agar produknya dapat berdaya saing global.
“Indonesia has everything. Tapi when it comes to conversion, kita kalah,” kata Herdy, merujuk kontribusi pariwisata terhadap PDB yang masih tertinggal dari negara tetangga.
Dengan ambisi memperluas jangkauan pada 2025, InJourney bertekad mengubah potensi menjadi nilai nyata.
“Kami tidak hanya membangun destinasi, tapi menciptakan pengalaman perjalanan yang mengesankan dan memiliki standar global,” pungkasnya. (TN)