
PT Surveyor Indonesia (PTSI), pemimpin di sektor pengujian, inspeksi, dan sertifikasi (TIC), tengah menghadapi momen krusial. Tekanan regulasi, ancaman siber yang meningkat, transformasi digital, dan dorongan menuju ekonomi hijau menuntut ketahanan sekaligus membuka peluang pertumbuhan.
“Kami berada di titik penting untuk memimpin dengan inovasi sambil menjaga kepercayaan klien,” ujar Sandry Pasambuna, Direktur Utama PTSI, kepada TrustNews.
Menurutnya, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan, meski membawa risiko keamanan siber. Sebagai contoh, platform seperti pelacakan kargo real time dan analisis berbasis AI meningkatkan efisiensi, tetapi juga membuka celah bagi peretas. Satu kesalahan dapat merusak kepercayaan klien dan menarik pengawasan regulator.
Untuk mengatasinya, PTSI berinvestasi pada enkripsi, autentikasi multi-faktor, dan deteksi ancaman berbasis AI. “Keamanan siber bukan sekadar perlindungan, melainkan bukti bahwa kami adalah mitra visioner, siap melindungi operasi sensitif di era konektivitas tinggi,” tegas Sandry.
Langkah ini memastikan PTSI tetap selangkah di depan dalam melindungi klien di dunia yang semakin terhubung. Baginya, di pasar yang kompetitif, keberhasilan PTSI bergantung pada kemampuan memberikan nilai yang berpusat pada klien. Layanan TIC end toend pengujian, inspeksi, sertifikasi, hingga konsultasi menjadi pembeda utama.
Kemitraan strategis dengan pemerintah, BUMN, dan swasta memastikan PTSI terintegrasi dalam ekosistem industri Indonesia. Strategi kami dibangun dari kolaborasi yang kuat untuk mendukung agenda nasional, seperti visi Indonesia Emas 2045 dan Net Zero 2060,” kata Sandry.
Sebagai mitra pemerintah, lanjutnya, PTSI berkomitmen penuh pada ekonomi hijau. Divisi SURE menyediakan solusi berbasis keberlanjutan, seperti ESG Advisory, pelacakan rantai pasok, dan konsultasi pengurangan karbon, untuk memenuhi standar global seperti SDGs, Paris Agreement, dan ESG Investment.
“Kami ingin menjadi jembatan bagi industri menuju keberlanjutan,” ujarnya. PTSI juga menginisiasi Integrated Sustainable Indonesia Movement (I-SIM), program berbasis rating yang mempercepat pencapaian SDGs 2030 di tingkat daerah. Berjalan selama tiga tahun, I-SIM terintegrasi dengan SDGs Action’s Award dalam konferensi tahunan SDGs, memperkuat peran PTSI sebagai agen pembangunan.
Inovasi Teknologi dan Diversifikasi Layanan
Dari sisi teknologi, PTSI mengembangkan sistem digital twin untuk Cargo Monitoring di sektor mineral dan batubara. Sistem ini memungkinkan pelacakan realtime, laporan perjalanan otomatis, dan efisiensi operasional. Selain itu, aplikasi SoluSI mengintegrasikan data pelanggan dengan AI seperti Gemini dan GPT untuk merekomendasikan solusi yang relevan dengan kebutuhan bisnis.
"Secara strategis, PTSI membentuk dua divisi bisnis strategis baru, yakni infrastruktur dan transportasi serta keberlanjutan dan lingkungan. Diversifikasi ini memperluas jangkauan pasar dan memperkuat posisi PTSI di industri," tegasnya.
Keberadaan platform seperti SURE, SoluSI, dan E-TKDN, serta komitmen pada keamanan siber, keberlanjutan, dan inovasi, menurutnya, PTSI tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin. Dengan 10 cabang, 112 kantor, dan 22 laboratorium di seluruh Indonesia, PTSI punya jaringan kuat. Mereka menyesuaikan layanan dengan kebutuhan lokal, memangkas biaya dengan desentralisasi.
Kerja sama dengan pemerintah daerah menjaga hubungan erat, sementara alat digital seperti CRM dan e-MONEV menyatukan operasi lapangan dengan keputusan besar, bikin semuanya lebih gesit.
“Tantangan kami adalah menyeimbangkan kepatuhan dengan kreativitas, serta skalabilitas dengan presisi, di dunia yang hanya menghargai mereka yang beradaptasi,” pungkasnya.