trustnews.id

Pindad Memikat Dunia
Salah satu produk Pindad

Pindad Memikat Dunia

BISNIS Rabu, 17 Juli 2019 - 09:02 WIB TN

Beragam produk Pindad jadi incaran banyak negara. Mulai dari pesaing tangguh AK-47 hingga mampu menjebol dinding lambung kapal.

Senapan legendaris dunia itu akhirnya mendapat saingan baru. Siapa yang tak mengenal AK-47 (Автомат Калашникова 1947), senapan serbu mahakarya Mikhail Kalashnikov dan menjadi senjata paling ikonik di dunia, bahkan menjadi senjata andalan para terorisme yang diacung-acungkan ke udara di video-video propaganda yang disebarluaskan.
Kini mendapat pesaing tangguh, sebuah senapan serbu berkemampuan setara dengan AK-47 dengan jarak tembak efektif (effective range) 600-800 meter. Bandingkan dengan AK-47 yang punya jarak tembak efektif sekitar 300 meter saja. Kelebihan lainnya, popor senjata bisa dilipat dan disesuaikan kondisi fisik si penembak. Senjata yang menjadi pesaing tangguh itu bernama SS3 made in Indonesia, hasil besutan PT Pindad (Persero).
Tak hanya SS3, sejumlah senapan buatan Pindad, sebut saja Senapan Serbu (SS-1), Senapan Serbu (SS-2), Senapan Sniper (SPR-2), Senapan Antiteror PM-2 dan Senapan Serbu Bawah Air (SSBA) mampu membuat bala tentara di belahan dunia ini bergidik takut.
Sebut saja SPR-2, saat diujicobakan dengan Truvelo dan Black Arrow, SPR-2 mampu menembus lapisan baja 10 mm dari radius dua kilometer. SPR-2 menjadi momok paling menakutkan bagi kendaraan tempur sekelas APC. Bahkan, material lambung kapal pun dapat dijebol dengan sangat mudah. Sedangkan Truvelo dan Black Arrow gagal total. 
Tempur di darat atau di dalam air, Pindad punya yang namanya SSBA. menggunakan peluru berkaliber 5,66x150 milimeter dengan bobot 4,5 kilogram yang mampu memuntahkan 20 butir peluru dalam satu magazen. Tembakan efektifnya yakni berjarak antara 20-30 meter (untuk kedalaman 5 meter), 10-20 meter (kedalaman 20 meter) dan 5-10 meter (kedalaman 40 meter).
Dan paling fenomenal SS-2. Tercatat TNI 12 kali secara beruntun menjuarai lomba menembak antar-negara Australia Army Skill-At-Arms Meeting (AASAM) dengan menggunakan senjata buatan Pindad ini. Terakhir kali tahun 2018 ini, TNI masih mempertahankan gelar juara umum dalam kompetisi AASAM.
Pindad tak hanya menghasilkan senapan serbu kelas wahid. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi peralatan militer, ini memproduksi sejumlah Kendaraan Tempur (Ranpur) yang membuat sejumlah negara kepincut untuk memilikinya. Sebut saja, Medium Tank Harimau, Ranpur Anoa, Ranpur Badak dan Kendaraan Taktis (Rantis) Komodo. Ranpur dan Rantis seperti Anoa dan Komodo juga telah battle proven karena digunakan di berbagai misi perdamaian dunia di Lebanon, Kongo, Sudan dan Afrika Tengah.

Dalam urusan menghasilkan peralatan tempur, Pindad punya sejarah yang merentang panjang. Bermula dari Gubernur Jenderal Belanda William Herman Daendels  pada 1980. 
Daendels dalam catatan sejarah mendirikan Contructie Winkel (CW) dan Proyektiel Fabriek (PF) keduanya di Surabaya serta laboratorium Kimia di Semarang. 
Tahun 1850 pemerintah Belanda mendirikan bengkel pembuatan dan perbaikan munisi dan bahan peledak untuk angkatan laut mereka yang bernama Pyrotechnische Werkplaats (PW) di Surabaya.
10 tahun berselang ACW dan PW bergabung dengan nama ACW sehingga ACW memiliki 3 instalasi produksi, yaitu: unit produksi senjata dan alat-alat perkakasnya (Wapen Kamer), munisi dan barang-barang lain yang berhubungan dengan bahan peledak (Pyrotechnische Werkplaats), serta laboratorium penelitian bahan-bahan maupun barang-barang hasil produksi.
Demi alasan keamanan, pada pertengahan 1914, pemerintah Belanda, saat meletus Perang Dunia I, memindahkan semuanya ke Bandung. Pada tahun 1932, PW dipindahkan ke Bandung dan bergabung bersama ACW dan dua instalasi persenjataan lain yaitu Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium Kimia dari Semarang, serta Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata dari Jatinegara yang direlokasi ke Bandung dengan nama baru, Geweemarkerschool. Keempat instalasi tersebut dilebur di bawah bendera Artilerie Inrichtingen (AI).
akhirnya, 9 Oktober 1945, Laskar Pemuda Pejuang berhasil merebut ACW dari tangan Jepang dan menamakannya Pabrik Senjata Kiaracondong.
Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda menyatakan bahwa Belanda mengakui kedaulatan Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949. LPB kemudian diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang pengelolaannya diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).
Sejak saat itu PSM mulai melakukan serangkaian percobaan untuk membuat laras senjata dan berhasil memproduksi laras senjata berkaliber 9mm dan pada bulan November 1950, PSM berhasil membuat laras dengan kaliber 7,7 mm. PSM juga melakukan modernisasi pabrik dengan membeli mesin-mesin baru untuk pembuatan senjata dan munisi, suku cadang, material, dan alat perlengkapan militer lainnya.
1958, PSM diubah namanya menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) pada tanggal 1 Desember 1958. Di masa ini, Pabal AD juga memproduksi peralatan milIter yang lain dan menjalin kerjasama dengan perusahaan senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata.
Di era ini pula, pemerintah Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen, Malang, Jawa Timur, yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad (Persero).
Pada awal 1972, pemerintah Indonesia melakukan penataan departemen, termasuk Departeman Pertahanan dan Keamanan (Hankam). Karena itu, Pindad pun berubah nama menjadi Kopindad (Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat) pada tanggal 31 Januari 1972.
Berdasarkan keputusan Presiden RI No.47 Tahun 1981, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat itu dipimpin Prof. DR. Ing. B.J. Habibie kemudian membentuk Tim Corporate Plan (Perencana Perusahaan) Pindad melalui Surat Keputusan BPPT  No. SL/084/KA/BPPT/VI/1981 mengkaji perubahan status Pindad menjadi Persero.
Alasannya: Pindad dinilai membebani Dephankam karena biaya penelitian dan pengembangan serta investasi yang cukup besar. Dephankam menyarankan pemisahan antara war making activities dan war support activities yang dilakukan Pindad.
Hasil kajian dari Tim Corporate Plan diputuskan komposisi produksi Pindad adalah 20 persen produk militer dan 80 persen komersial atau non militer. Tugas pokok Pindad adalah menyediakan dan memproduksi produk-produk kebutuhan Dephankam seperti munisi ringan, munisi berat, dan peralatan militer lain untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pihak lain. Tugas pokok kedua adalah memproduksi produk-produk komersial seperti mesin perkakas, produk tempa, air brake system, perkakas dan peralatan khusus pesanan.
Pada awal 1983 Pindad menjadi badan usaha milik Negara (BUMN) sesuai dengan keputusan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI No.4 Tahun 1983 tertanggal 11 Februari 1983. Tahun inilah yang diperingati sebagai HUT Pindad hingga saat ini. Meski demikian, HUT Pindad sendiri tiap tahunnya diperingati tiap 29 April.
Pindad tercatat terus mengalami peningkatan kualitas dan produktivitas. Dibuktikan dengan kian dikenalnya peralatan tempur produksi anak negeri ini di kancah internasional. (TN)