trustnews.id

China di Arktik Meriang di Amerika
Jalur Sutera Kutub China sebagai 'jalur ekonomi biru' baru

China di Arktik Meriang di Amerika

DUNIA Selasa, 21 Mei 2019 - 08:25 WIB TN

Aktivitas militer China yang intensif di Kutub Utara melahirkan kekhawatiran. China berdalih penelitian.
 
Kutub Utara memanas. Tidak saja dikarenakan perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan mencairnya lapisan es, namun juga ditengarai kehadiran China yang intensif di wilayah tersebut.
hal itu terungkap dalam laporan tahunan Pentagon kepada Kongres tentang angkatan bersenjata Tiongkok dan mengikuti publikasi Beijing dari kertas putih kebijakan Arktik resmi pertamanya pada bulan Juni.
Dalam makalah itu, dibeberkan rencana China mengembangkan jalur pelayaran untuk membentuk Jalan Sutera Polar yang dibangun di atas inisiatif sabuk dan jalan yang digagas Presiden China Xi Jinping.
China dalam laporan mereka menjabarkan rencana membuka jalur pelayaran di Kutub Utara atau "Jalur Sutera Kutub". China memang bukan negara pemilik wilayah di Kutub, namun menjadi anggota Dewan Arktik pada 2013 sebagai negara pengawas. Hal itu telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Kutub Utara mengenai tujuan strategis jangka panjang Beijing, termasuk kemungkinan penempatan militer.
Laporan Pentagon menyebutkan, negara-negara kutub salah satunya Denmark, menyampaikan kekhawatiran soal meningkatnya kepentingan China di Greenland. China telah mengajukan proposal mendirikan stasiun penelitan dan stasiun satelit darat di wilayah itu, merenovasi bandara dan memperluas pertambangan.
"Penelitian sipil dapat mendukung penguatan kehadiran militer China di Samudra Arktik, yang dapat mencakup pengerahan kapal selam ke wilayah itu sebagai pencegah terhadap serangan nuklir," kata laporan itu.
Pentagon juga melaporkan, modernisasi armada kapal selam merupakan prioritas tinggi China. Angkatan Laut China mengoperasikan empat kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, enam kapal selam serangan bertenaga nuklir, dan 50 kapal selam serangan bertenaga konvensional.
"Kecepatan perkembangan pasukan kapal selam telah melambat dan (itu) kemungkinan akan tumbuh antara 65 dan 70 kapal selam pada tahun 2020," prediksi laporan itu.
China juga disebut telah membangun enam kapal selam kelas Jin, dengan empat operasional dan dua sedang dibangun di Huludao Shipyard. Dalam laporan Januari, Badan Intelijen Pertahanan Pentagon mengatakan bahwa angkatan laut Tiongkok akan membutuhkan minimal lima kapal selam kelas Jin untuk menangkal serangan nuklir secara terus menerus di laut.
Amerika Serikat dan sekutunya, pada gilirannya, memperluas penyebaran angkatan laut anti-kapal selam mereka di Asia Timur. Ini termasuk patroli tingkat lanjut dari pesawat P-8 Poseidon Amerika yang maju dan sub-perburuan keluar dari Singapura dan Jepang.
Pentagon mengatakan saat ini China tengah membangun enam kapal selam kelas-Jin. Dalam laporan sebelumnya, Pentagon menyebut China butuh minimal lima kapal selam Jin untuk mempertahankan kekuatan di laut.
AS memperkirakan China akan meningkatkan anggaran pertahanan mereka hingga USD 260 miliar pada 2022 untuk penelitian, pengembangan, dan pengadaan senjata. Pada 2018, China mengumumkan anggaran pertahanan mereka sebesar USD 175 miliar. AS tidak percaya, memperkirakan anggaran China hingga USD 200 miliar.(TN)
 (**)