trustnews.id

Perumda Sendang Kamulyan Batang Bersiap Ubah Air Laut Jadi Air Tawar
Yulianto, Direktur Utama Perumda Sendang Kamulyan

Terobosan dilakukan guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi sejumlah perusahaan yang akan beroperasi di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).

Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Sendang Kamulyan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, berencana mengolah air laut menjadi air bersih. Terobosan ini dilakukan memenuhi kebutuhan air bersih bagi sejumlah perusahaan yang akan beroperasi di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).

Yulianto, Direktur Utama Perumda Sendang Kamulyan, mengatakan, air laut jadi pilihan karena saat ini perusahaan masih berupaya mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat.

"Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat saja membutuhkan investasi yang besar. Apalagi dengan adanya KITB dengan kawasan industri dan perumahannya tentu membutuhkan air yang banyak sekitar 1.800 liter/detik," ujar Yulianto menjawab TrustNews.

Saat ini, Sendang Kamulyan melayani 54 ribu sambungan, 24 ribu diantaranya ada di Kecamatan Batang. Terbanyak adalah rumah tangga, mencapai 90 persen. Sementara sisanya untuk sambungan niaga, sosial, hidran umum, industri, dan pelabuhan. Debit airnya mencapai 1,1 juta kubik air per bulan.

"Adapun untuk pemenuhan bahan baku air KITB dengan memanfaatkan air laut. Prosesnya air laut diolah dengan sistem teknologi untuk proses desalinasi menjadi air tawar bersih untuk memenuhi pasokan air bersih di kawasan industri," ujarnya.

Untuk proyek mengubah air asin menjadi air tawar, Yulianto mengatakan, pihaknya akan menggandeng investor sebagai pihak ketiga. Ini dikarenakan, untuk proses pengolahan air asin menjadi air tawar membutuhkan investasi sangat besar.

"Kita kerjasama dengan pihak ketiga. Mudah-mudahan pengelolaannya bisa sinergi antara pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun dari KITB," ungkapnya.

"Kalau proyek ini sudah berjalan. Bisa dilakukan pemeriksaan kualitas airnya secara berkala, misalnya satu bulan sekali. Pengambilan sampel air baik itu di masyarakat atau di kawasan industri dilakukan bersama dengan dinas kesehatan," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), tentu juga harus diikuti dengan pelbagai fasilitas pendukung, seperti infrastruktur sumber air bersih, jalur distribusi, dan sebagainya. Menyikapi hal ini, Perumda Sendang Kamulyan melihatnya sebagai peluang usaha dari penyediaan air bersih di Kawasan industri ini.

“Kami sudah bersiap untuk membangun jalur dan juga pusat pengolahan sumber air baru untuk KITB. Ke depan KITB memiliki potensi besar untuk peningkatan pendapatan Perumda Sendang Kamulyan, sebab pasar industri ini sangat menjanjikan. Karenanya, peluang ini juga menjadi perhatian khusus dengan persiapan dini, dimana nantinya juga akan dibentuk tim atau divisi tersendiri agar lebih fokus dan optimal menggarapnya,” ujarnya.

Pembangunan KITB, lanjutnya, membawa dampak positif dengan bermunculan perumahan baru dan pemukiman warga sekitar yang juga membutuhkan pasokan air. Sehingga, selain pasokan untuk kebutuhan industri, juga dilakukan antisipasi untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat sekitar.

"Adanya kawasan industri dipastikan akan mendorong datangnya pekerja dan karyawan di luar kawasan industri, sehingga kebutuhan pasokan air juga akan meningkat," ungkapnya.

“Diperkirakan kebutuhan air untuk kawasan ini cukup besar dan kami juga sudah melakukan persiapan dan kajian lapangan. Mulai dari pembangunan pusat pengolahan air, jaringan dan lainnya. Mudah-mudahan semua berjalan lancar sesuai rencana dan harapan dari Pemerintah Kabupaten Batang selaku pemilik saham kami,” tambahnya.

Yulianto mengakui, tantangan paling berat yang dihadapi Perumda Sendang Kamulyan yakni kualitas air baku yang menurun di bagian hulu. Meski telah dilakukan reboisasi penanaman pohon di daerah hulu.

"Kami tidak hanya mengeksploitasi tapi juga melakukan pembenahan di bagian hulu dengan melakukan penanaman 10 ribu sampai 15 ribu pohon setiap tahun. Ini kita masukkan dalam program CSR perusahaan," ujarnya.

Selain itu, dalam upaya meningkatkan akses air minum kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), lanjutnya, perusahaan tidak menggunakan pola subsidi MBR. Tapi perusahaan yang langsung memberikan subsidi sebesar Rp500 ribu yang sisanya bisa diangsur.

"Kita bekerja sama dengan Water.org NGO/LSM) luar negeri. Visinya bagaimana membantu masyarakat Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan melalui sanitasi dan air bersih," pungkasnya. (TN)