trustnews.id

Agar Tak Mati Suri,  Waskita Toll Road Lirik Bisnis Baru
Septiawan Andri Purwanto Direktur Utama PT Waskita Toll Road

Divestasi ruas tol yang dilakukan jadi penyebab aset PT Waskita Toll Road menyusut. Peluang bisnis baru agar perusahaan tetap bertahan.

Satu-persatu PT Waskita Toll Road (WTR) melepas aset yang dimilikinya (asset recycling). Langkah korporasi dilakukan dalam upaya menyehatkan kondisi keuangan sedang mengalami beban berat terkait dengan investasi jalan tol.

Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 menjadikan semua sektor bidang usaha penuh dengan tantangan. Pun dengan sektor usaha jalan tol. Pandemi yang dalam kurun waktu 2020-2022, mengakibatkan pemerintah mengambil berbagai kebijakan dalam upaya memutus penyebaran virus. Kondisi ini berdampak pada turunnya mobilitas masyarakat dan arus lalu lintas pada ruas-ruas tol di Indonesia.

Septiawan Andri Purwanto, Direktur Utama PT Waskita Toll Road, mengatakan, di tengah ketidakpastian, PT Waskita Toll Road (WTR) terus mencari solusi agar perusahaan tetap dapat meningkatkan kinerjanya.

"Secara pendapatan tol menurun saat pandemi. Karena kalau biasanya kita bisa mendapatuntung dua kali, ketika lebaran dan akhir tahun. Karena pandemi, otomatis menurun. Sehingga sangat berimbas pada kinerja anak usaha kita. Pandemi juga mempengaruhi program divestasi jalan tol yang dicanangkan WTR, dimana berpengaruh terhadap penurunan valuasi ruas tol kita dan adanya beberapa calon investor yang menunda proses peminatannya atas ruas-ruas yang dimiliki WTR," ujar Septiawan Andri Purwanto menjawab TrustNews.

Adapun sepanjang 2021, lanjutnya, fokus utama WTR melakukan divestasi kepemilikan saham di beberapa ruas tol sebagai bentuk pelaksanaan asset recycling. Sekaligus mencari alternatif pendanaan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Selain tentunya menyelesaikan konstruksi dan mengoperasikan jalan tol.

"Hanya saja ketika proses assset recycling sudah dijalankan, WTR yang awalnya memiliki 18 ruas tol. Makin lama semakin berkurang aset yang dimiliki," tambahnya.

Sebanyak 18 ruas tol itu ruas tol Becakayu, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Cinere-Serpong, Cimanggis-Cibitung, Krian-Legundi-Bunder, Ciawi-Sukabumi, Depok-Antasari, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Cileunyi-Sumedang-Dawuan, dan Cibitung-Cilincing.

Kemudian, tiga ruas jalan yang masuk dalam jaringan tol Trans Jawa melalui WTTR yakni Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, dan Pasuruan-Probolinggo.

Adapun jalur Trans Sumatra terdapat tiga ruas tol yaitu Kayu Agung-Palembang-Betung, Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.

Sepanjang tahun 2021, WTR telah mendivestasi kepemilikan sahamnya pada empat ruas tol, yaitu divestasi 30% saham di ruas tol Medan - Kualanamu – Tebing Tinggi dengan nilai Rp 824 miliar, divestasi 40%  saham di Ruas tol Semarang – Batang dengan nilai divestasi Rp3,03 triliun, divestasi 35% saham di ruas tol Cinere –Serpong dengan nilai Rp 550 miliar, dan divestasi 55% saham di ruas tol Cibitung – Cilincing dengan nilai Rp 2,44 triliun.

Sementara hingga akhir Desember 2021, WTR memiliki saham pada 12 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang mengelola sejumlah ruas tol di Pulau Jawa dan Sumatera, dengan total panjang mencapai 653,69 Km.

Dari 12 ruas tol yang dimiliki saat ini, tiga ruas tol telah beroperasi secara penuh yaitu ruas Kanci - Pejagan, Pejagan - Pemalang, dan Pemalang – Batang. Sementara itu, terdapat 8 ruas tol yang masih beroperasi sebagian, yaitu ruas Pasuruan - Probolinggo, Cimanggis - Cibitung, Bekasi - Cawang - Kampung Melayu, Ruas Ciawi - Sukabumi, Depok - Antasari, Krian – Legundi - Bunder -Manyar, Kayu Agung - Palembang – Betung, dan Cileunyi - Sumedang - Dawuan. Terdapat satu ruas tol yang masih dalam tahap konstruksi yaitu dan ruas Kuala Tanjung - Tebing Tinggi - Parapat.

"Dalam kondisi kian berkurangnya aset yang dimiliki, lanjutnya, WTR harus mencari ladang investasi baru. Sebab kalau tidak dilakukan aset akan habis dan WTR bisa mati suri. Agar WTR sustain, kita harus mencari dari sekarang. Investasi mana yang bisa menutupi kebutuhan kita," ujarnya.

Sehingga awal 2022, lanjutnya, salah satu program kerja WTR adalah menjalani transformasi bisnis dengan tujuan menemukan investasi baru, bisa mendapatkan value terbaik, sehingga amanat yang diberikan bisa dilakukan

"Kami juga sudah menggali potensi investasi. Intinya akan kita tetapkan investasi baru, yakni punya masa periode dari jalan tol, nilai investasinya bisa untuk menutup biaya fix cost WTR dan investasi aset baru ini nilainya tidak lebih besar dari jalan tol," pungkasnya. (TN)