trustnews.id

Perumda Air Minum Tirta Kajen NOL KELUHAN PELANGGAN

Kinerja Perumda Air Minum Tirta Kajen mencatatkan pertumbuhan, tidak saja dari sisi bisnis. Tapi juga terkait dengan pelayanan kepada konsumen.

Optimisme menguat dalam tubuh Perumda Air Minum Tirta Kajen. Perusahaan air minum milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan ini punya pandangan menarik untuk disimak. Bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dan tidak ada satu orang manusia pun yang hidup tanpa air. Siapapun pasti tahu dan paham.

Namun pada titik itulah, pernyataan itu menemukan jawabannya. "Tidak mungkin dalam keadaan apapun perusahaan air terpuruk. Apalagi pertumbuhan penduduk terus meningkat, tinggal bagaimana manajemen mengelolanya," ujar Nur Wachid, Direktur Perumda Air Minum Tirta Kajen kepada TrustNews.

"Bila bicara Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, baik kelahiran maupun perpindahan penduduk.

Dengan luasan areal lahan yang terbatas dan terbagi antara hunian dan industri rumahan, maka kami optimis kedepannya baik jumlah pelanggan atau permintaan wilayah layanan pasti tinggi," paparnya.

Jadi tidak mengherankan, jika dalam beberapa tahun terakhir kinerja Tirta Kajen mencatatkan pertumbuhan, tidak saja dari sisi bisnis. Tapi juga terkait dengan pelayanan kepada konsumen.

"Bila melihatnya berdasarkan indikator capaian kinerja yang satu diantaranya peningkatan cakupan pelayanan dan jumlah pelanggan, maka dalam periode kami dari 16.195 SR per 30 September 2019 dan saat ini per 30 Desember 2021 sudah mencapai 23.209 SR selama dua tahun. Artinya terjadi kenaikan 43,31 persen," ungkapnya.

"Kedua adalah dari penjualan air. Penjualan air kita mengalami peningkatan dan bisa dibuktikan. Meskipun masih ada kendala seperti saat ada kerusakan. Yang lain adalah tingkat kepuasan pelanggan yang semakin bagus," tambahnya.

Kinerja ciamik yang ditorehkan manajemen Tirta Kajen mendapat penilaian positif dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKB) berdasarkan 4 Indikator Pengukuran yakni keuangan, pelayanan, operasi dan SDM.

"Alhamdulillah sejak kami masuk di 2019 Tirta Kajen mengalami peningkatan nilai kinerja dari 3,23 menjadi 3,47 dan terakhir 3,51," ujarnya.

Secara gamblang Indikator yang bisa dilihat adalah peningkatan jumlah pelanggan sebesar 7014 pelanggan baru dalam dua tahun ini. Kedua, tingkat keluhan, hampir nol. Ketiga jumlah wilayah yang ditangani meningkat dari 11 wilayah kecamatan menjadi 12 wilayah kecamatan dari 19 wilayah kecamatan yang ada.

"Bahkan sudah dua tahun ini saat musim kemarau tidak ada masalah kekurangan air. Pelanggan tetap bisa mendapatkan akses air bersih yang cukup," ungkapnya. namun diakuinya, mengelola bisnis air bersih bukan tanpa tantangan. Besaran tarif masih menjadi masalah utama yang dihadapi. Urusan tarif ini juga yang membuat pengelola air bersih kesulitan melakukan pengembangan investasi.

Selain itu, menurutnya, para pengelola perusahaan air bersih juga wajib mengikuti perkembangan jaman. "Tidak mungkin kita masih menerapkan pola manual, sementara pada saat yang bersamaan para pelanggan sudah beranjak dalam sistem digitalisasi dengan segala kemudahan yang ditawarkan," ujarnya. Hal lain yang menjadi kendala adalah regulasi yang terkadang menghambat.

Termasuk soal eksisting yang ada dari hulu sampai hilir sangat terbatas, sehingga dibutuhkan pengembangan, revitalisasi dan pembangunan yang butuh biaya yang banyak.

"Kami juga memiliki tantangan pembangunan sumber air baru. Dari sini membutuhkan skenario yang rumit, karena harus memiliki penampungan air. Ada dua penampungan yang harus kita bangun dan membutuhkan kebijakan dari pemerintah," ujarnya.

"Satu penampungan air baku, bisa waduk atau bendung. Yang kedua penampungan air jadi, sehingga dengan topografi Pekalongan membutuhkan banyak penampung air yang siap distribusi supaya kontinuitas bisa terjaga.

"Kurang lebih 5 titik harus dibangun penampung air ini. Dan terakhir SDM yang harus ditingkatkan. Kami akan berikan pola peningkatan SDM. Apakah bentuknya kursus atau pelatihan ataupun sekolah yang harus kita lakukan," paparnya.

Untuk diketahui, secara topografi Kabupaten Pekalongan terbagi dalam 3 kondisi yakni daerah atas, tengah dan bawah (pesisir). Sedangkan pusat pemerintahan berada di daerah tengah dengan pusat kota Kajen.

"Kita mengukur kemampuan untuk bisa menjangkau ketiga daerah tersebut. Agar optimal kita lakukan sinergi dengan Bappeda dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) membuat longlist pelayanan. Mana yang dilayani Tirta Kajen dan daerah mana yang dilayani Basimas," ujarnya.

"Wilayah atas itu sulit diakses oleh PDAM, maka dilayani Basimas itu. Nanti PDAM akan meningkatkan pelayanan khususnya di daerah tengah ke utara. Dari fokus itu ada isu, penyebab dari land subsidence itu salah satunya terjadi karena eksploitasi air tanah yang terjadi di wilayah utara."

"Di samping kami berhitung meningkatkan cakupan layanan, kami juga berupaya mengurangi dampak dari eksploitasi itu. Kami berharap kedepan bisa mengambil alih atau mengganti kebutuhan air dari masyarakat di wilayah utara," pungkasnya. (TN)